Oleh : Yulinda Arifin
Pada suatu ketika, sepasang suami istri, katakanlah nama mereka Smith,mengadakan 'garage sale' untuk menjual barang-barang bekas yang tidakmereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anakmereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri. Sekarang waktunyauntuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkanlagi.
Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukanbenda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu diantaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiahpernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.
Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernahdigunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampakburuk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumahmereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya,cermin itu tidak mereka kembalikan. Demikianlah, cermin itu teronggok diloteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yangmemberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka merekamengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lainuntuk dijual keesokan hari.
Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah merekapenuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang merekajual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga,buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tuayang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.
Seorang lelaki menghampiri Mrs. Smith. "Berapa harga cermin itu?" katanyasambil menunjuk cermin tak terpakai tadi. Mrs. Smith tercengang. "Wah,saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguhingin membelinya?" katanya. "Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus."jawab pria itu. Mrs. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untukcermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itutetaplah jelek dan tidak berharga. Setelah berpikir sejenak, Mrs. Smithberkata,"Hmm ... anda bisa membeli cermin itu untuk satu dolar." Dengan wajahberseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uangsatu dolar dan memberikannya kepada Mrs. Smith.
"Terima kasih," kata Mrs. Smith, "sekarang cermin itu jadi milik Anda.Apakah perlu dibungkus?"
"Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang." jawabsi pembeli.
Mrs. Smith memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnyadan meletakkannya di atas meja di depan Mrs. Smith. Dia mulai mengupaspinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisanpelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya. Bingkai cerminitu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selamaini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu!
"Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!" sorak pria itu dengangembira. Mrs. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itudibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebihpantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.
Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kitamerasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kitamelihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani.Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pegibekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.
Sama halnya dengan Mr. dan Mrs. Smith yang hanya melihat plastik pelapisdari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dantidak cocok digantung di dinding. Padahal dibalik lapisan itu, ada warnaemas yang indah.
Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapatmemperkaya hidup kita.Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumurhidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalamhidupkita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita. Akankahkita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas? Akankah kitamembiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kitainginkan?
Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Mrs. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kitamenyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak.
Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hiduphanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut danmenemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita.
Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajarlebih banyak, mengenal orang lebih baik. Mari kita melakukan sesuatu yangbaru. Mari kita membuat perbedaan! Mari kita jelang tahun yang baru inidengan suatu semangat baru untuk menjalani hidup lebih baik setiap hari.
Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukanbenda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu diantaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiahpernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.
Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernahdigunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampakburuk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumahmereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya,cermin itu tidak mereka kembalikan. Demikianlah, cermin itu teronggok diloteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yangmemberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka merekamengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lainuntuk dijual keesokan hari.
Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah merekapenuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang merekajual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga,buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tuayang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.
Seorang lelaki menghampiri Mrs. Smith. "Berapa harga cermin itu?" katanyasambil menunjuk cermin tak terpakai tadi. Mrs. Smith tercengang. "Wah,saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguhingin membelinya?" katanya. "Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus."jawab pria itu. Mrs. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untukcermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itutetaplah jelek dan tidak berharga. Setelah berpikir sejenak, Mrs. Smithberkata,"Hmm ... anda bisa membeli cermin itu untuk satu dolar." Dengan wajahberseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uangsatu dolar dan memberikannya kepada Mrs. Smith.
"Terima kasih," kata Mrs. Smith, "sekarang cermin itu jadi milik Anda.Apakah perlu dibungkus?"
"Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang." jawabsi pembeli.
Mrs. Smith memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnyadan meletakkannya di atas meja di depan Mrs. Smith. Dia mulai mengupaspinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisanpelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya. Bingkai cerminitu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selamaini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu!
"Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!" sorak pria itu dengangembira. Mrs. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itudibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebihpantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.
Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kitamerasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kitamelihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani.Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pegibekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.
Sama halnya dengan Mr. dan Mrs. Smith yang hanya melihat plastik pelapisdari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dantidak cocok digantung di dinding. Padahal dibalik lapisan itu, ada warnaemas yang indah.
Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapatmemperkaya hidup kita.Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumurhidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalamhidupkita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita. Akankahkita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas? Akankah kitamembiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kitainginkan?
Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Mrs. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kitamenyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak.
Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hiduphanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut danmenemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita.
Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajarlebih banyak, mengenal orang lebih baik. Mari kita melakukan sesuatu yangbaru. Mari kita membuat perbedaan! Mari kita jelang tahun yang baru inidengan suatu semangat baru untuk menjalani hidup lebih baik setiap hari.
Sumber : Catatan Yulinda Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar