Senin, 30 Januari 2012
Kiat-kiat Hidup Dunia & Akhirat
Hidup ini sebenarnya seperti program di komputer...
Bila hidup kita ingin lancar dan bebas virus maka:
• DELETE semua file KEMAKSIATAN
• INSTALL anti- VIRUS NAFSU & SYAITHAN
• RESTART kehidupanmu dengan KEBERKAHAN & KASIH-Nya
• REFRESH pribadi kita dengan AKHLAQ MULIA
• DOWNLOAD sifat2 TAAT & TAQWA
• UPLOAD tingkah laku yang BENAR, JUJUR & IKHLAS
• Jangan meng-'UNDO' pengalaman BURUK & SEDIH
• LOADING semua dgn DOA & USAHA
• COPY & PASTE semua HIKMAH & ILMU yang bermanafa'at
• ENTER sifat TAWAKKAL dan IHSAN
Semoga PROGRAM KOMPUTER KEHIDUPAN DUNIA kita akan berjalan LANCAR
Sehingga berhasil memasuki PROGRAM KEHIDUPAN AKHIRAT yang serba OTOMATIS dan CANGGIH♥♫.♥♫.from groupBBM RKI
Sumber : http://www.facebook.com/RKIINSPIRATIF
Sabtu, 28 Januari 2012
Sebelum Meninggal Dia Mengatakan "Aku Mencium Bau Surga!"
Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Ada tujug golongan orang yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tiada naungan seleain dari naunganNya... di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah."
Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhir ra, ketika perang Uhud ia berkata, "Wah... angin Surga, sungguh aku mencium bau Surga yang berasal dari balik gunung Uhud."
Seorang Dokter bercerita kepadaku, Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?
Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit atau mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah marah dan jengkel? Atau apa?
Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka. "Jangan khawatir! Saya akan meninggal... tenanglah... sesungguhnya aku mencium bau Surga!" Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat trsebut di hadapan para dokter yang sedang merawatnya, ia berkata kepada mereka, "Wahai saudara-saudara, aku akan mati, janganlah kalian menyusahkan diri sendiri... karena sekarang aku mencium bau Surga."
Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, "Asyhadu alla ilaha illAllah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Ruhnya melyang kepada Sang Pencipta.
Allohu Akbar... Apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari... semua kalimat tidak mampu terucap... dan pena telah kering di tangan... aku tidak kuasa apa-apa kecuali hanya mengulang-ulang firman Allah.
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrahim [14] : 27)
Tidak ada yang perlu dikomentari lagi. Ia melanjutkan kisahnya. Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudaranya Dhiya' di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terkahir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesuah shalat Magrib pada hari yang sama.
1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat." Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.
2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga para persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh rang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.
3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.
Subhanalloh...sungguh indah kematian seperti ini. Kita mohon semoga Alloh menganugerahkan kita husnul khatimah.
Saudara-saudaraku tercinta... kisah belum selesai... saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang biasa ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?
Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia mendapatkan husnul khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkan; meninggal dengan mencium bau Surga.
Ayahnya berkata, "Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapar melaksakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU."
Aku katakan, "Maha benar Alloh yang berfirman, 'Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami ialah Alloh" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepadamu" Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (QS. Fushshilat [41] : 30-32)
Sumber : www.eramuslim.com (Serial Kisah Teladan; Muhammad bin Shalih Al-Qahthani)
Kamis, 26 Januari 2012
Keong
Seekor keong muda tampak memperhatikan kegiatan satwa di kelilingnya. Ada burung-burung yang mampu terbang tinggi. Sejumlah kelinci yang asyik berlari-larian di rerumputan hijau, melompat kesana dan kemari. Ikan-ikan yang begitu menikmati sejuknya alam air danau yang begitu luas.
“Aih asyiknya mereka,” ucap sang keong menampakkan kekaguman.
Saat itu juga, sang keong muda menyadari sesuatu dari dirinya yang dirasa begitu banyak kekurangan. Ia tak bisa terbang seperti burung. Tak bisa berjalan cepat, apalagi berlari dan melompat, seperti kelinci. Dan tak bisa berenang seperti ikan-ikan.
“Andai aku seperti mereka…,” gumam sang keong memperlihatkan penyesalan diri.
Bayangan wajah-wajah ceria para hewan di sekitarnya kian membuat dirinya merasa terpuruk. “Tuhan tidak adil!” ucapnya kemudian.
Di luar kesadaran sang keong muda, seekor keong tua menghampiri. “Jangan berpikir picik tentang keadilan Tuhan, anakku!” ucapnya bijaksana.
“Berbaik sangkalah kepada Yang Maha Bijaksana, suatu saat, kau akan tahu di balik rahasia ciptaan-Nya…,” sambung sang keong tua sambil berlalu meninggalkan sang keong muda yang masih kebingungan.
Belum lagi kebingungan itu hilang, si keong muda dikejutkan dengan suara pekikan tiga ekor burung elang yang meliuk-liuk di udara. Ketiganya pun menukik ke arahnya, ikan, dan kelinci.
Spontan, tubuh sang keong menyusut dan langsung tertutup rumahnya yang begitu keras. Burung elang yang gagal memangsanya pun terbang meninggalkan diri sang keong yang mulai mengintip ke arah ikan dan kelinci.
Begitu miris, seekor ikan dan kelinci sudah berada dalam genggaman kaki dua ekor elang yang langsung terbang membawa mangsanya ke arah ketinggian.
Saat itulah, ia tersadar sesuatu. “Ah benar apa yang dikatakan pak keong tadi. Begitu banyak rahasia di balik keadilan Yang Maha Pencipta,” ucapnya membatin.
**
Salah satu kelemahan kita adalah ketidakmampuan menangkap rahasia keunggulan diri yang telah disediakan oleh Yang Maha Bijaksana. Paradigma berpikir negatif kian menjerumuskan kita kepada sebuah gugatan tentang keadilan Tuhan.
Perhatikanlah, dan bukalah tempurung kepicikan diri yang telah mengungkung kita dalam kegelapan cara berpikir dan bertindak. Berusaha dan bersyukurlah, suatu saat, akan kita temukan begitu banyak anugerah Allah dalam diri kita yang tersekat oleh cara kita melihat diri kita sendiri.
Sumber : (muhammadnuh@eramuslim.com)
Senin, 23 Januari 2012
TV QUR'AN
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/Tilawat_10.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/ashbal.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/ashbal.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/athkar.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/doaa.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/athan.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/atheker.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/ashbal.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/ashbal.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/athkar.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/doaa.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/athan.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
<center><iframe align="center" id="IW_frame_1438" src="http://www.tvquran.com/add/atheker.htm" frameborder="0" allowtransparency="1" scrolling="no" width="302" height="334"></iframe></center>
Kamis, 19 Januari 2012
KHUTBAH JUM'AT
Keteladanan Abu Bakar
KHUTBAH JUM’AT PERTAMA
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum muslimin yang berbahagia
Pada kesempatan kali
ini, khatib akan membahas kepribadian Abu bakar, peran, dan jasanya
dalam penyebaran Islam dengan harapan kita bisa mengambil teladan
darinya.
Abu Bakar adalah salah satu sahabat yang utama. Beliau
terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki
ide-ide cemerlang dalam keadaan genting, banyak tolorensi, penyabar,
memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis
keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara dan jauh dari segala
syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan seseuatu yang lebih
baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya. Berikut ini khatib terangkan secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
Dalil yang menyebutkan bahwa Abu Bakar radhiallahu ‘anhu bersifat zuhud adalah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Dawud, dari Aslam maula Umar radhiallahu ‘anhu, dia berkata,
سَمِعْتُ
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُوْلُ: أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ أَنْ
نَتَصَدَّقَ فَوَافَقَ ذلِكَ عِنْدِيْ مَالًا فَقُلْتُ: اَلْيَوْمَ
أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا، قَالَ: فَجِئْتُ بِنِصْفِ
مَالِيْ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟ قُلْتُ:
مِثْلَهُ، وَأَتَى أَبُوْ بَكْرٍ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ: يَا أَبَا
بَكْرٍ مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟ قَالَ: أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ. قُلْتُ: وَ اللهِ، لَا أَسْبِقُهُ إِلَى شَيْءٍ أَبَدً
“Saya mendengar Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan kami untuk bersedekah, dan itu bertepatan ketika saya
memang sedang memiliki harta, maka saya berkata (pada diriku), ‘Jika
suatu hari saja bisa mengungguli Abu Bakar (dalam kebajikan), maka pada
hari inilah saya akan bisa mengunggulinya.’ Umar berkata, ‘Lalu saya
membawa setengah hartaku, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya, ‘Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?’ Saya menjawab,
‘Saya meninggalkan (setengah harta sisa) semisalnya.’ Sedangkan Abu
Bakur membawa seluruh harta yang dia miliki. Maka Rasulullah bertanya,
‘Wahai Abu Bakar, apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?’ Dia menjawab,
‘Saya menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.’ Lalu saya berkata,
‘Demi Allah, saya tidak akan mampu mengungguli Abu Bakar sedikit pun,
selamanya’.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).
Kaum muslimin yang berbahagia
Apa Kedudukan Abu Bakar di sisi Allah?
Abu Bakar adalah Teman Sejati Bagi Rasulullah
Abu
Bakar adalah laki-laki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun
Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya. Keislaman Abu Bakar
adalah paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum
muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya
yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan
keislamannya, maka tokoh-tokoh besar yang masyhur mengikutinya memeluk
Islam seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bain Abi Waqqash, Utsman bin
Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Di awal
keislamannya dia menginfakkan di jalan Allah harta yang dimilikinya
sebanyak 40.000 dirham, dia banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa
karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal. Dia selalu
mengiringi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama di
Mekah, bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam
gua dan dalam perjalanan hijrah hingga sampai di kota Madinah. Di
samping itu dia mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perang Badar, Uhud, Khandaq, penaklukkan kota Mekah, Hunain, maupun peperangan di Tabuk.
Akhlak Abu Bakar inilah yang membuatnya menjadi sahabat utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا
أَبَا بَكْرٍ، لاَ تَبْكِ إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ
وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِيْ
خَلِيْلاً لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيْلاً
“Wahai Abu
Bakar, jangan menangis! Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya
padaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, kalau
seandainya aku mengambil khalil (sahabat kesayangan) dari umatku,
niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai khalilku.” (HR. Bukhari)
Diriwyatkan dari Ibnu Umar dia berkata, “Kami selalu membanding-bandingkan para sahabat di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kami sepakat memilih Abu Bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Utsman bin Affan.”
Diriwayatkan
dari Muhammad bin al-Hanafiyyah, dia berkata, “Aku bertanya kepada
ayahku (Ali bin Abi Thalib) siapa orang yang paling baik setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Maka beliau menjawab
“Abu Bakar!” Kemudian aku tanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau
menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya,
maka aku katakan, “Setelah itu pasti Anda.” Namun menjawab, “Aku
hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”
Kaum muslimin rahimakumullah,
Apa Kelebihian Abu Bakar?
Sahabat yang Palign Banyak Ilmunya
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat, dan berkata,
إِنَّ اللهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ ذَلِكَ الْعَبْدُ مَا عِنْدَ اللهِ
“Sesungguhnya
Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau
memilih sesuatu yang ada di sisiNya, namun ternhyat ahamba tersebut
memilih sesuatu yang di sisi Allah.” (HR. Bukhari).
Abu Sa’id berkata, “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebikan. Akhirnya kami
mengetahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara
kami.” Abu Bakar menangis tidak lain karena beliau mengetahui bahwa ajal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat, sehingga hal itu membuatnya bersedih. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فيِ صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُوْ بَكْرٍ
لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاً غَيْرَ رَبِّيْ لَاتَّخَذْتُ أَبَا
بَكْرٍ وَلَكِن أُخُوَّةُ الْإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي
الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلاَّ سُدَّ إِلاَّ بَابُ أَبِيْ بَكْرٍ
“Sesungguhnya
orang yang paling besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan
mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan
mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan
memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan kecintaan
karenanya. Maka tidak tersisa pintu masjid kecuali tertutup selain pintu Abu Bakar saja.” (HR. Al-Bukhari)
Sikap Abu Bakar Sepeninggal Rasulullah
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
meninggal, kaum muslimin terpecah. Di antara mereka ada yang murtad,
ada pula yang tidak percaya dengan berita meninggalnya Rasulullah. Pada
saat inilah Abu Bakar tampil untuk menasihati kaum muslimin. Dia
berkata,
مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ فَإِنَّ اللهَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ
“Barangsiapa
yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat, dan
barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu hidup
tidak akan mati.” (HR. Bukhari).
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Jasa-Jasa Abu Bakar
Abu Bakar Ash-Shiddiq termasuk sahabat yang pertama kali masuk Islam, dan selalu menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepanjang hidupnya, baik di Mekah maupun di Madinah. Tidak hanya itu, beliau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sekaligus teman bermusyawarah dan wazirnya. Di tangannya, para senior
sahabat memeluk Islam seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Abu Bakar selalu setia mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam menghadapi berabgai macam halangan dan rintangan, siap membela
beliau dengan sepenuh jiwa, bahkan beliau pula yang telah membebaskan
banyak budak-budak yang disiksa karena masuk Islam seperti Bilal, Amir
bin Fuhairah, Ummu Ubaisy, Zinnirah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, serta
budak wanita milik Bani Mu’ammal juga dibebaskan olehnya.
Beliaulah yang menemani Nabi di kala hijrah, dan turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, penaklukkan ktoa Mekah, Hunain, Tabuk, dan pertempuran besar lainnya.
Setelah
menjabat sebagai khalifah, beliaulah yang bertugas dan bertanggung
jawab terhadap seluruh Negeri Islam dan wilayah kekhalifahannya
sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilang, di antaranya:
- Instruksinya agar jenazah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diurus hingga dikebumikan.
- Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah yang sebelumnya telah dipersiapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum wafat.
- Kebijakannya menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapannya ke arah itu kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.
- Ibnu Katsir berkata, “Pada tahun 12 H, Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Alquran dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terajdi setelah pari Qari (penghafal Alquran) banhyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih al-Bukhari. Imam al-Bukhari berkata, Bab Pengumpulan Alquran, kemudian dia mulai menyebutkan sanadnya hingga sampai kepada Ibnu Syihab dari Ubaid bin Sabbaq, bahwa Zaid bin Tsabit pernah berkata, ‘Abu Bakar ash-Shiddiq mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah, ketika aku mendatanginya, aku mendapati Umar bin Khaththab berada di sampingnya, maka Abu Bakar berkata, ‘Umar mendatangiku dan berkata, ‘Sesungguhnya banyak para Qurra’ (penghafal Alquran) yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari yang masih hidup kelak terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat Alquran, menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar mereka mengumpulkan dan membukukan Alquran’.”
Aku bertanya kepada Umar, “Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
Umar menjawab, “Demi Allah, ini adalah kebaikan!” Dan Umar terus
menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku untuk segera melaksanakannya,
akhirnya aku pun setuju dengan pendapat Umar.
Zaid bin Tsabit
berkata, “Kemudian Abu Bakar berkata padaku, “Engkau adalah seorang
pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah, dan engkau telah terbiasa
menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maka carilah seluruh ayat Alquran yang berserakan dan kumpulkanlah.”
Zaid berkata, “Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku memikul gunung
tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan instruksi Abu Bakar
agar aku mengumpulkan Alquran.”
Aku bertanya, “Bagaimana kalian melakukan suatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
Dia berkata, “Demi Allah, ini adalah suatu kebaikan!” Dan Abu bakar
terus berusaha meyakinkanku hingga akhirnya Allah melapangkan dadaku
untuk menerimanya sebagaimana Allah melapangkan dada mereka berdua .”
Maka
aku mulai mengumpulkan tulisan-tulisan Alquran yang ditulis di
daun-daunan, kulit, maupun dari hafalan para penghafal Alquran, hingga
akhirnya aku menemukan akhir surat at-Taubah yang ada pada Abu Khuzaimah
al-Anshari, yang tidak aku dapatkan dari selainnya, yaitu ayat:
لَقَدْ
جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ
حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ {128} فَإِن
تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لآَإِلَهَ إِلاَّهُوَ عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ {129}
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, penderitaanmu
terasa berat olehnya, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Jika mereka berpaling dan keimanan, amaka katakanlah, ‘Cukuplah Allah
bagiku. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya
kepadaNya aku bertawakal, dan Dia Rabb yang memiliki Arsy yang agung’.” (QS. At-Taubah: 128-129)
Kemudian
Alquran yang telah dikumpulkan dan dibukukan itu disimpan oleh Abu
Bakar hingga Allah mewafatkannya. Setelah itu berpindah ke tangan Umar
sewaktu hidupnya, dan akhirnya berpindah ke tangan Hafshah binti Umar.
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH JUM’AT KEDUA
نّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Kaum muslimin yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala
Marilah
kita meneladani keteguhan Abu Bakar dalam menegakkan Islam. Dia
memiliki karakter seorang muslim sejati yang menjadikannya dicintai oleh
Rasul-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragam Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
للَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah Ta’ala, agar menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mempunyai hati yang selamat.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَينَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَينَ
Sumber : http://khotbahjumat.com/.
Sabtu, 14 Januari 2012
Karena Do'a, Mendapatkan Wanita Yang Sangat Cantik Jelita
Kisah
ajaib ini, terjadi pada seorang buta lagi miskin yang dicampakkan
oleh kaum wanita. Lalu dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Allah pun mengabulkan do’anya dengan gadis yang paling cantik
di antara mereka. Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Abdul ‘Aziz
al-‘Aql dalam muhadarahnya yang berjudul Qashash wa ‘Ibar.
Kisah nyata ini terjadi pada salah seorang kerabat Syaikh sendiri.
Syaikh
Abdul Aziz mengatakan, “Diantara kisah yang pernah saya alami
adalah seseorang dari famili saya yang hafal al-Qur’an, dan yang
shalih. Saya mengenalnya dan kami mencintainya ketika kami masih
kanak-kanak. Orang tadi ahli bersilaturahim dan selalu beristiqamah
untuk taat kepada Allah. Dan dia adalah orang yang buta. Pada suatu
hari, dia berkata kepada saya, “Hai anakku -waktu itu saya berumur
16 atau 17 tahun- kenapa kamu tidak menikah?” Saya jawab, “Hingga
Allah memberi saya rizqi.” Dia berkata, “Wahai putraku, bersikap
jujurlah kepada Allah, ketuklah pintu Allah, dan berharaplah, pintu
kelapangan akan terbuka.” Kemudian dia berkata kepada saya,
“Duduklah wahai putraku, aku akan menceritakan kepadamu, apa yang
pernah aku alami dulu.”
Dia
melanjutkan, “Saya dulu benar-benar miskin, ibu dan bapakku adalah
orang miskin, kami semua sangat miskin, aku sendiri semenjak
dilahirkan sudah menjadi orang yang buta, pendek dan papa. Segala
sifat yang tidak disukai wanita ada padaku. Kemudian aku sangat
menginginkan seorang wanita, akan tetapi kepada Allah aku tumpahkan
seluruh keprihatinanku, karena dengan kondisiku yang seperti itu,
akan sulit rasanya untuk mendapatkan seorang istri. Aku mendatangi
ayahku kemudian mengatakan, “Wahai ayah, aku ingin menikah.” Maka
ayahku mentertawakanku. Aku memahami bahwa tertawanya ayah adalah
sebagai isyarat agar aku berputus asa dan melupakan keinginanku untuk
menikah bahkan ayahku sempat mengatakan, “Apakah engkau gila nak?
Siapa yang mau mengambilmu sebagai menantu? Pertama, kamu buta.
Kedua, kita semua adalah orang yang sangat miskin. Sadarlah nak!
Tidak ada jalan untuk itu.
Sebenarnya,
dengan kata-katanya itu ayah telah membunuhku. Waktu itu aku berumur
kira-kira 24 atau 25 tahun. Lalu akupun pergi menemui ibuku.
Mengadukan perihalku, barangkali ia dapat membujuk ayahku. Hampir
saja aku menangis, ketika ibuku juga mengucapkan kata-kata seperti
yang diucapkan oleh ayah. Dia mengatakan, “Anakku, kamu akan
nikah?! Apakah kamu tidak waras nak?! Siapa wanita yang mau sama
kamu?! Daimana kamu mendapatkan harta?! Kamu tahu sendiri, bahwa kita
semuanya ini sangat membutuhkan sedikit harta untuk bertahan hidup.
Kemudian kamu juga jangan lupa, bahwa hutang kita telah menumpuk.”
Aku tidak berputus asa, kuulangi lagi usahaku untuk memahamkan ayah
dan ibuku. Akan tetapi sikap dan jawaban mereka tetap tidak berubah.
Pada suatu malam, aku berkata, “Mengapa aku tidak mengadukan hal
ini pada Tuhanku yang Maha Pengasih dan Penyayang? Mengapa aku
merengek-rengek dihadapan ayah dan ibu yang memang tidak mampu
melakukan apa-apa? Mengapa aku tidak mengetuk pintu ilahi yang Maha
Kuasa dan Perkasa?” Lalu akupun shalat diakhir malam sebagaimana
kebiasaanku. Aku mengangkat tangan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan aku katakan diantara do’aku,
Ya
Allah, ya Tuhanku, mereka mengatakan kalau aku miskin padahal
Engkaulah yang membuat aku miskin. Mereka mengatakan kalau aku buta,
padahal Engkaulah yang mengambil penglihatanku. Mereka mengatakan
kalau aku adalah jelek dan buruk, padahal Engkaulah yang menciptakan
aku. Ilahi, Tuhanku, Tuanku dan Penolongku, tidak ada sesembahan yang
benar kecuali Engkau, Engkau mengetahui apa yang ada didalam jiwaku.
Engkau mengetahui keinginanku untuk menikah, dan aku tidak ada daya
dan upaya untuk itu. Ayah dan ibuku menyatakan tidak sanggup. Ya
Allah, mereka memang tidak sanggup dan tidak mampu. Aku memahami
kondisi mereka. Tetapi Engkau adalah Maha Mulia dan Perkasa yang
tidak terkalahkan oleh apapun. Ilahi, kumohon satu rahmat dari
rahmat-Mu. Wahai Tuhan yang Maha Mulia, Maha Pengasih dan Penyayang,
berikanlah kepadaku dengan segera seorang istri yang penuh berkah,
shalihah, dan cantik jelita. Yang menenangkan hatiku dan yang
menyatukan jiwaku.
Aku
berdo’a sementara kedua mataku, mengucurkan air mata dan hatiku
menangis merendah dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena aku
shalat malam diawal waktu, maka akupun mengantuk. Ketika aku
tertidur, aku bermimpi seolah-olah aku berada disebuah tempat yang
sangat panas. Sepertinya ada kobaran api yang sangat dahsyat. Tidak
lama setelah itu, aku melihat ada satu kemah yang turun dari langit.
Kemah yang sangat indah mempesona, belum pernah aku melihat
sebelumnya. Hingga kemah itupun turun diatasku dan memayungiku.
Bersamaan dengan itu, ada hawa dingin yang aku tidak mampu
menceritakannya karena benar-benar membawa sebuah kedamaian, hingga
aku terbangun karena kedinginan setelah merasa kepanasan yang amat
sangat. Aku terbangun dan perasaanku sangat senang dengan mimpi
tersebut. Dipagi yang buta aku pergi menemui seorang alim yang dapat
menafsiri mimpi.
Maka
setelah aku ceritakan apa yang kualami dalam mimpi itu, seorang alim
tersebut mengatakan kepadaku, “Hai anakku, engkau sudah menikah,
jika tidak, mengapa kamu tidak menikah?” Maka saya katakan, “Tidak,
demi Allah saya belum menikah.” Dia bertanya, “Mengapa engkau
tidak menikah?” Kukatakan, “Demi Allah Ya Syaikh, seperti yang
engku ketahui, aku adalah seorang yang buta lagi miskin, dan buruk
rupa.” Dia berkata, “Hai anakku, apakah tadi malam engkau telah
mengetuk pintu Tuhan mu?” Kukatakan, “Ya, aku telah mengetuk
pintu Tuhan ku.” Syaikh berkata, “Pergilah wahai putraku,
perhatikanlah gadis yang paling cantik dalam benakmu dan pinanglah,
karena pintu itu telah terbuka untukmu. Ambillah yang terbaik apa
yang ada dalam dirimu dan jangan merasa rendah dengan mengatakan,
“Aku adalah seorang yang buta, maka aku akan mencari wanita yang
buta pula, jika tidak maka yang begini, dan yang begitu. Tetapi
perhatikanlah gadis yang terbaik, karena pintu itu telah dibuka
untukmu.”
Setelah
aku berfikir dalam diriku, aku memilih gadis yang dikenal sebagai
gadis yang paling cantik di daerah itu disamping memiliki nasab dan
keluarga yang terhormat. Maka aku mendatangi ayah, kukatakan
barangkali ayah mau pergi kepada mereka guna meminang gadis itu
untukku. Ayah menolak dengan keras, lebih keras dari penolakannya
yang pertama. Dia benar-benar menolak secara mentah-mentah mengingat
rupaku yang buruk dan kemelaratanku, apalagi gadis yang kuinginkan
adalah gadis yang paling cantik di negeri itu. Maka aku pergi
sendiri. Aku bertamu kepada keluarga itu, mengucapkan salam kepada
mereka dan mengatakan kepada orang tuanya, “Saya menginginkan
Fulanah (maksudnya putrinya).” Dia menjawab, “Kamu menginginkan
putriku?” Saya jawab, “Ya.” Maka dia menjawab, “Demi Allah,
ahlan wasahlan, wahai putra Fulan, selamat datang wahai pembawa
Al-Qur’an, demi Allah hai putraku, kami tidak mendapatkan laki-laki
yang lebih baik darimu, akan tetapi aku berharap agar putriku mau
menerimanya.” Kemudian ia pergi menuju putrinya dan mengatakan,
“Wahai putriku, ini Fulan datang meminangmu. Memang dia buta akan
tetapi dia hafal Al-Qur’an, dia menyimpan Al-Qur’an di dalam
dadanya. Apabila engkau dapat merelakannya untukmu, maka tawakkallah
kepada Allah.” Sang putripun menjawab, “Sesudahmu, tidak ada hal
lain wahai ayah, kami bertawakkal kepada Allah.”
Selang
sepekan setelah itu, wanita cantik itupun menjadi istri bagi si buta
yang miskin dengan taufik Allah dan kemudahan dariNya karena
keutamaan Al-Qur’an. Walhamdulillahirabbil ‘alamin.
Sumber : (Majalah
Qiblati Edisi 6 Tahun 1)
Kamis, 12 Januari 2012
Ali bin Abi Thalib Sebagai "Pintu Ilmu"
Rasulullah Muhammad SAW pernah menyatakan bahwa bila dirinya diibaratkan sebagai kota ilmu, maka Ali bin Abi Thalib adalah pintunya ilmu. Mendengar pernyataan yang demikian, sekelompok kaum Khawarij tidak mempercayainya. Mereka tidak percaya, apa benar Ali ibn Abi Thalib cukup pandai sehingga layak mendapat julukan ''pintu ilmu'' dari Rasulullah SAW.
Maka berkumpullah sepuluh orang dari kaum Khawarij. Kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji kebenaran pernyataan Rasulullah tersebut. Seorang di antara mereka berkata, ''Mari kita tanyakan pada Ali tentang suatu masalah, kemudian kita lihat bagaimana jawaban Ali tentang masalah itu, sehingga kita bisa menilai seberapa jauh kepandaiannya. Bagaimana? Apakah kalian setuju?''
''Setuju!'' jawab mereka serentak.
''Baiklah kalau begitu kita bertanya secara bergiliran.''
Orang pertama: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun dan Fir'aun.''
Orang kedua: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya, engkau yang harus menjaganya.''
Orang ketiga: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena orang yang banyak ilmunya akan banyak pula orang yang menyayangi dan hormat kepadanya, sedangkan orang yang memiliki banyak harta akan banyak pula musuh dan orang yang iri kepadanya.''
Orang keempat: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena bila engkau gunakan, maka ilmu akan semakin bertambah banyak, akan tetapi sebaliknya, bila harta engkau gunakan, maka semakin lama akan semakin berkurang.''
Orang kelima: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena pemilik ilmu akan dihormati dan mendapat sebutan yang baik sedangkan pemilik harta sering kali dicemooh dan mendapat julukan yang buruk.''
Orang keenam: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena ilmu itu tidak ada pencurinya, sedangkan harta banyak sekali pencurinya.''
Orang ketujuh: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena pemilik ilmu akan diberi syafa'at (pertolongan), sementara pemilik harta akan dihisab (diusut asal-muasal dan penggunaannya) oleh Allah SWT.''
Orang kedelapan: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena ilmu akan abadi selamanya, sedangkan harta sebaliknya. Harta adalah sesuatu yang fana dan suatu saat pasti akan habis tak bersisa.''
Orang kesembilan: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Pemilik ilmu dijunjung tinggi karena kualitas manusianya, sedangkan pemilik harta dijunjung tinggi karena jumlah harta-bendanya.''
Orang kesepuluh: ''Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?''
Ali menjawab: ''Ilmu! Karena ilmu itu akan menyinarimu sehingga hati menjadi lembut, tidak beku dan hidup menjadi tenteram. Sedangkan harta sering kali membuat gelap mata, hati menjadi keras dan hidup menjadi tidak tenang, susah dan gelisah.''
Ali pun kemudian menyadari bahwa dirinya telah diuji oleh orang-orang Khawarij tersebut. Sehingga dia berkata, ''Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, Insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup.''
Kesepuluh orang itu akhirnya menyerah. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw adalah benar adanya. Dan Ali memang pantas mendapat julukan sebagai ''pintu ilmu''.
Sumber : Catatan Ali Khan Su'ud
Rabu, 11 Januari 2012
Seindah Cinta Ketika Berlabuh
Bismillahirrahmanirrahim …
Awalnya, aku bertemu dengannya di sebuah acara yang diselenggarakan di
rumahku sendiri. Gadis itu sangat berbeda dengan cewek-cewek lain yang sibuk
berbicara dengan laki-laki dan berpasang-pasangan. Sedangkan dia dengan pakaian
muslimah rapi yang dikenakannya membantu mamaku menyiapkan hidangan dan segala
kebutuhan dalam acara tersebut. Sesekali gadis itu bermain di taman bersama
anak-anak kecil yang lucu, kulihat betapa lembutnya dia dengan senyuman manis
kepada anak-anak. Dari sikapnya itu aku tertarik untuk mengenalnya. Akhirnya
dengan pede-nya kuberanikan diri untuk mendekatinya dan hendak berkenalan
dengannya. Namun, kenyataannya dia menolak bersalaman dengannku, dan cuma
mengatakan, “Maaf…” dan berlalu begitu saja meninggalkanku.
Betapa malunya aku terhadap teman-teman yang berada di sekitarku.“Ini cewek
kok jual mahal banget !” Padahal begitu banyak cewek yang justru berlomba-lomba
mau jadi pacarku. Dia, mau kenalan saja tidak mau !” ujarku. Dari kejadian itu
aku menjadi penasaran dengan gadis tersebut. Lalu aku mencari tahu tentangnya.
Ternyata dia adalah anak tunggal sahabat rekan bisnis papa. Setiap ada acara
pertemuan di rumah gadis itu, aku selalu ikut bersama papa.
Gadis itu bernama Nina, kuliah di Fakultas Kedokteran dan dia anak yang
tidak suka berpesta, berfoya-foya, dan keluyuran seperti cewek kebanyakan di
kalangan kami. Aku pun jarang melihatnya jika aku pergi ke rumahnya; dengan
berbagai alasan yang kudengar dari pembantunya: sakitlah, lagi mengerjakan
tugas, atau kecapaian. Pokoknya, dia tidak pernah mau keluar.
Hingga suatu hari aku dan papa sedang bertamu ke rumahnya. Pada saat itu,
Nina baru saja pulang dengan busana muslimahnya yang rapi, terlihat turun dari
mobil. Namun belum jauh melangkah dia pun terjatuh pingsan dan mukanya terlihat
sangat pucat. Kami yang berada di ruang tamu bergegas keluar dan papanya pun
menggendong ke kamar serta meminta tolong kami untuk menghubungi dokter. Dari
hasil pemeriksaan dokter, Nina harus dirawat di rumah sakit.
Keesokan harinya, aku datang ke rumah sakit bermaksud untuk menjenguknya.
Betapa kagetnya aku ketika kutahu Nina terkena leukimia (kanker darah). Aku
bertanya, “Kenapa gadis selembut dan sesopan dia harus mengalami hal itu ?”.
Perasaan kesalku padanya kini berubah menjadi kasihan dan khawatir. Setiap usai
kuliah, kusempatkan untuk datang menjenguknya. Aku mendapatinya sering menangis
sendirian. Entah itu karena tidak ada yang menjaganya atau karena penyakit yang
diderita.
Beberapa hari di rumah sakit, Nina memintaku keluar setiap kali aku masuk.
Aku pun mendatanginya di rumah, tapi dia tidak pernah mau keluar menemuiku dan
hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku tidak menyerah begitu saja, kucoba
menelpon Nina dan berharap dia mau bicara denganku. Namun, dia tetap tidak mau
mengangkat telpon dariku, lalu kukirimkan SMS padanya agar dia mau menjadi
pacarku, tetapi tidak ada balasan malah HP-nya dinonaktifkan semalaman.
Keesokan harinya aku nekat datang ke rumahnya untuk meminta maaf atas
kelancanganku. Ternyata ia akan berangkat ke Makasar, ke kampung orang tuanya.
Karena orang tuanya tak dapat mengantarnya, aku pun menawarkan diri untuk
mengantarnya, tapi Nina lebih memilih naik taksi dengan alasan tidak mau
merepotkan orang lain. Sebelum naik ke mobil, dia menitipkan kertas untukku kepada
mamanya.
Alangkah hancur hatiku ketika membaca sebait kalimat yang berbunyi, “Maaf
saat ini aku hanya ingin berkonsentrasi kuliah.” Hatiku remuk dan aku pulang
dengan perasaan kesal sekali. Ini pertama kalinya aku ingin pacaran, tapi
ditolak. Sebenarnya, aku tidak begitu suka dengan hubungan seperti pacaran itu
karena begitu banyak dampak negatifnya, sampai ada yang rela bunuh diri karena
ditinggalkan kekasihnya –na’udzubillahi min dzalik.
Namun entah mengapa ketika aku melihat Nina hatiku pun tergoda untuk
menjalin hubungan itu. Sejak perpisahan itu, aku tidak pernah lagi bertemu
dengannya sampai gelar sarjana aku raih. Lalu aku pun bekerja di perusahaan
milik keluargaku sebagai satu-satunya ahli waris. Melihat ketekunanku dalam
bekerja, papa Nina ,menyukaiku hingga hubungan kami menjadi akrab dan
kuutarakanlah maksudku bahwa aku menyukai Nina, anaknya, dan ternyata papa Nina
setuju untuk menjadikanku sebagai menantunya.
24 Oktober 2006, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, aku dan orang tuaku
bersilaturahmi ke rumah keluarga Nina dengan maksud untuk membicarakan
perjodohan antara aku dan Nina. Tapi pada saat itu Nina baru dirawat di rumah
sakit sejak bulan Ramadhan. Saat kutemui, Nina terlihat sangat pucat, lemah,
dan senyumannya seakan menghilang dari bibirnya. Hari itu orang tua kami resmi
menjodohkan kami. Bahkan aku diminta untuk menjaganya karena orang tuanya akan
berangkat ke luar negeri. Tetapi Nina tidak pernah mau meladeniku.
Suatu hari aku mendapati Nina terlihat kesakitan, terlihat darah keluar dari
hidung dan mulutnya. Aku bermaksud untuk membantu mengusap darah dan keringat
yang ada di wajahnya, tetapi secara spontan dia menamparku pada saat aku
menyentuh wajahnya. Betapa kaget diriku dibuatnya, aku tidak menyangka sama
sekali Nina akan manamparku. Sungguh betapa istiqomahnya dia dalam menjaga
kehormatan untuk tidak disentuh laki-laki yang bukan muhrimnya. Saat itu aku
belum mengetahui tentang masalah ini dalam agama.
Kejadian tersebut secara tak sengaja terlihat mama Nina maka Nina pun
dimarahi habis-habisan hingga sebuah tamparan mendarat di pipinya. Kulihat Nina
segera melepas infusnya dan berlari menuju kamar mandi. Nina pun mengurung diri
di kamar mandi tersebut. Dengan terpaksa kami mendobrak pintu kamar mandi dan
kami dapati Nina tergeletak di lantai tak sadarkan diri karena terlalu banyak
darah yang keluar.
Setelah sadar, aku berusaha bicara dan meminta maaf kepadanya atas kejadian
tadi, namun Nina terus-terusan menangis. Aku pun bertambah bingung apa yang
mesti aku lakukan untuk menenangkannya. Tanpa pikir panjang aku memeluknya,
tapi Nina malah mendorongku dengan keras dan berlari keluar dari kamar menuju
taman. Ketika kudekati Nina berteriak hingga menjadikan orang-orang memukulku
karena menyangka aku mengganggu Nina. Karena itulah, Nina semalaman tidur di
taman dan aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Setelah waktu subuh
menjelang kulihat Nina beranjak untuk melaksanakan shalat shubuh di masjid, aku
pun turut shalat. Namun setelah shalat, tiba-tiba Nina menghilang entah kemana.
Aku mencarinya berkeliling rumah sakit tersebut. Dan lama berselang kulihat
banyak kerumunan orang dan ternyata Nina sudah tak sadarkan diri tergeletak
dengan HP berada di sampingnya, sepertinya dia bosan telah berbicara dengan
seseorang. Keadaan Nina saat itu sangat kritis sehingga pernafasannya harus
dibantu dengan oksigen. Kata dokter, paru-paru Nina basah yang mungkin
diakibatkan semalaman tidur di taman.
Nina tak kunjung juga sadar. Dengan perasaan khawatir dan bingung aku berdoa
dengan menatap wajahnya yang pucat pasi…
Tiba-tiba ada sebuah SMS yang masuk ke HP Nina, tanpa sadar aku pun membaca
dan membalas SMS tersebut. Aku juga membuka beberapa SMS yang masuk ke HP-nya
dan aku sangat terharu dengan isinya, tenyata banyak sekali orang yang
menyayanginya. Di antaranya adalah orang yang bernama Ukhti. Dulu sebelum aku
mengetahui Ukhti adalah panggilan untuk saudari perempuan, aku sempat cemburu
dibuatnya. Aku mengira Ukhti itu adalah pacar Nina yang menjadi alasan dia
menolakku. Setelah Nina tersadar dari pingsannya, aku menunjukkan SMS yang
dikirimkan saudari-saudarinya dan dia sangat marah ketika tahu aku sudah
membaca dan membalas SMS dari saudari-saudarinya. Dia pun akhirnya melarangku
untuk memegang HP-nya apalagi mengangkat atau menghubungi saudari-saudarinya.
Namun, tetap saja aku sering ber-SMS-an dengan saudari-saudarinya untuk
mengetahui kenapa sikap Nina begini dan begitu. Dari sinilah aku mendapat
sebuah jawaban bahwa Nina tidak mau bersentuhan apalagi berduaan denganku
karena aku bukan mahramnya dan Nina menolak untuk berpacaran serta bertunangan
denganku karena di dalam Islam tidak ada hal-hal seperti itu dan hal itu
merupakan kebiasaan orang-orang non Muslim.
Aku tahu juga Nina mencari seorang ikhwan yang mencintai karena Alloh bukan
atss dasar hawa nafsu. Akhirnya aku tahu kan sikap Nina selama ini semata-mata
dia hanya ingin menjalankan syariat Islam secara benar. Hari berlalu dan aku
terus belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dari Nina dan saudari-saudarinya,
terutama dalam melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Saat itu aku
merasakan ketenangan dan ketentraman selama menjalankannya dan menimbulkan
perasaan rindu kepada Alloh untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
Niatku pun muncul untuk segera menikahi Nina agar tidak terjadi fitnah,
namun kondisi Nina semakin memburuk. Dia selalu mengigau memanggil
saudari-saudarinya yang dicintainya karena Alloh…..
Melihat hal itu, aku membawanya ke kota Makassar, kampung mama kandung Nina
untuk mempertemukannya dengan saudari-saudarinya, Qadarulloh (atas kehendak
Alloh), aku tidak berhasil mempertemukan mereka. Yang ada kondisi Nina semakin
parah dan penyakitku juga tiba-tiba kambuh sehingga aku pun haus dirawat di
rumah sakit. Orang tua Nina datang dan membawanya kembali ke kota Makassar
tanpa sepengetahuanku karena pada saat itu aku juga diopname.
Di kota Makassar, Nina diawasi dengan ketat oleh papanya, karena papa Nina
kurang suka dengan akhwat, apalagi yang bercadar. Rumah sakit dan rumah yang
ditempati Nina dirahasiakan. Dan Nina pun tak tahu di manakah ia berada. Karena
kondisinya masih lemah, diapun tak bisa berbuat apa-apa, bahkan ia kadang
dibius, apalagi ketika akan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yag satunya
agar tidak tahu di mana keberadaaannya, karena papanya tidak ingin ada akhwat
yang menjenguk Nina. Sampai HPnya pun diambil dari Nina.
Namun, karena Nina masih mempunyai HP yang ia sembunyian dari papanya,
sehingga beberapa kali Nina berusaha kabur untuk menemui saudari-saudarinya,
akhirnya Nina dikurung di dalam kamar. Mendengar hal itu, aku langsung menyusul
Nina ke Makassar dan aku sempat bicara dengannya dari balik pintu. Nina
menyuruhku untuk menemui seorang ustadz di sebuah masjid di kota itu. Dari
pertemuanku dengan ustadz tersebut aku pun diajak ta’lim beberapa hari dan aku
menginap di sana.
Papa Nina menyangka Nina telah mengusirku sehingga ia pun dimarahi.
Setibanya di rumah, aku jelaskan duduk perkaranya kepada papa Nina, bahwa ia
tidak bersalah dan aku mengatakan agar pernikahan kami dipercepat.
Hari Kamis, 24 November 2006. Kami melangsungkan pernikahan dengan sangat
sederhana. Acara tersebut Cuma dihadiri oleh orangtua kami beserta dua orang
rekanan papa. Setelah akad nikah aku langsung mengantar ustadz sekalian shalat
dhuhur.
Betapa senangnya hatiku, akkhirnya aku bisa merasakan cinta yang tulus
karena Alloh. Semoga kami bisa membentuk keluarga sakinah mawaddah, wa rahmah
dan senantiasa dalam ketaatan kepada Alloh…..Itulah doaku saat itu.
Sepulang dari mengantar ustadz, perasaan bahagia itu seakan buyar mendapati
Nina yang baru saja menjadi istriku tergeletak di lantai, dari hidung dan
mulutnya kembali berlumuran darah. Dan tangannya terlihat ada goresan. Kami
langsung membawanya ke rumah sakit, diperjalanan, kondisi Nina terlihat sangat
lemah. Terdengar suaranya memanggilku dan berkata agar aku harus tetap di jalan
yang diridhai-Nya sambil memegang erat tanganku dengan tulus, air mataku tak
tertahankan melihat keadaan Nina yang terus berdzikir sambil menangis…..Dia
juga selalu menanyakan saudari-saudarinya dimana ?
Setibanya di rumah sakit, aku bertanya-tanya kenapa tangan Nina tergores.
Aku pun menulis SMS kepada saudari-saudari Nina. Ternyata, tangan Nina tergores
ketika hendak menemui saudari-saudainya dengan keluar dari kamar. Karena pintu
kamar terkunci, Nina ingin keluar melalui jendela sehingga menyebabkan
tangannya tergores. Nina tak kunjung sadar hingga larut malam, aku pun tertidur
dan tidak menyadari kalau Nina bangkit dari tempat tidurnya. Dia ingin sekali
menemui saudari-saudarinya dan dia tidak menyadari kalau hari telah larut
malam. Dia Cuma berkata, “Pengin ketemu saudariku karena sudah tak ada waktu
lagi.” Berhubung Nina masih lemah, dia pun jatuh pingsan setelah bebrapa saat
melangkah.
Aku benar-benar kaget dan bingung mau memanggil dokter tapi tidak ada yang
menemani Nina. Akhirnya, aku menghubungi salah seorang saudarinya untuk
menemani. Setelah aku dan dokter tiba, Nina sudah tidak bernafas dan bergerak
lagi. Pertahananku runtuh dan hancurlah harapanku melihat Nina tidak lagi
berdaya…. Dokter menyuruhku keluar. Pada saat itu kukira Nina telah tiada,
makanya aku segera menulis SMS kepada saudari Nina untuk memberitahu bahwa Nina
telah tiada. Namun begitu dokter keluar, masya Alloh !
Denyut jantung Nina kembali beredetak dan ia dinyatakan koma. Aku hendak
memberi kabar kepada saudari Nina tapi baterai HP-ku habis dan tiba-tiba
penyakitku pun kambuh lagi sehingga aku harus diinfus juga…..
Jam 11.30, perasaanku mengatakan Nina memangilku, maka aku segera bangkit
dari tempat tidur dan melepas infus dari tanganku menuju kamar Nina. Kutatap
wajah Nina bersamaan dengan kumandang adzan shalat Jum’at. Sembari menjawab
adzan, aku terus menatap wajah Nina berharap dia akan membuka matanya.
Begitu lafadz laa ilaaha illallah, suara mesin pendeteksi jantung berbunyi,
menandakan bahwa Nina telah tiada. Aku berteriak memanggil dokter, tapi
qadarulloh istriku sayang telah pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Nina
langsung dimandikan dan dishalatkan selepas shalat Jum’at, lalu diterbangkan ke
rumah papanya di Malaysia. Untuk terakhir kalinya kubuka kain putih yang
menutupi wajah Nina. Wajahnya terlihat berseri…..
Aku harus merelakan semua ini, aku harus kuat dan menerima takdir-Nya.
Teringat kata-kata Nina, “Berdoalah jika memang Alloh memangilku lebih awal
dengan doa, “Ya Alloh, berilah kesabaran dan pahala dari musibah yang menimpaku
dan berilah ganti yang lebih baik.”
Setelah pemakaman, aku langsung balik ke Jakarta karena kondisiku yang kurang
stabil…Astaghfirullah !!! aku lupa memberitahu saudari-saudari Nina. Mungkin
karena aku terlalu larut dalam kesedihan, hingga secara spontanitas aku
menghubungi mereka dan menyampaikan bahwa Nina benar-benar talah tiada. Aku
tahu pasti, mereka pasti sedih dengan kepergian saudari mereka yang mereka
cintai karena Alloh. Dari ketiga saudari Nina, ada seorang yang tidak percaya
dan sepertinya dia sangat membenciku. Entah, mengapa sikapnya seperti itu ?
Sekiranya mereka tahu, bahwa sebelum kepergiannya, Nina selalu memanggil
nama mereka, tentulah mereka semakin sedih. Dalam HP Nina terlihat banyak SMS
yang menunjukkan betapa indahnya ukhuwah dengan saudari-saudarinya. Semoga
saudari-saudari Nina memaafkan kesalahannya dan kesalahan diriku pribadi.
“Salam sayang dari Nina tu kakak Rini, Sakinah, dan Aisyah serta akhwat di
Makassar. Teruslah berjuang menegakkan dakwah ilallah. Syukran atas perhatian
kalian….”
•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•-•♥•
Tak beberapa lama setelah kisah ini dimuat di Media Muslim Muda
Elfata, redaksi Elfata menerima SMS dari seorang ukhti, saudari Nina. Isi SMS
tersebut adalah, “Afwan , mungkin perlu Elfata sampaikan kepada pembaca
mengenai kisah ‘Akhirnya Cintaku Berlabuh karena Alloh’ di mana Kak Nina telah
meninggal dan kini Kak Adhit pun telah tiada. Kurang lebih 2 pekan (Kak Adhit
–red) dirawat di rumah sakit karena penyakit pada paru-parunya. Sebelum sempat
dioperasi, maut telah menjemputnya. Ana menyampaikan hal ini karena masih
banyak yang mengirim salam, memberi dukungan ke Kak Adhit yang kubaca di Elfata
dan beberapa orang yang kutemui di jalan juga selalu bertanya, Kak Adhit
bagaimana ? Ana salah satu ukhti dalam cerita tersebut…Syukran.”
PERCIK RENUNGAN
Subhanalloh ! Kisah Adhit dan Nina di atas dapat kita jadikan sebuah cermin
untuk berkaca. Renungkanlah keteguhan Nina untuk tak meladeni tawaran cinta
asmara yang tak terselimuti indahnya syariat. Padahal Nina adalah seorang yang
sedang membutuhkan dukungan, pertolongan, dan sandaran bahu tempat menangis. Nina
berprinsip, meski dalam situasi sesulit apapun, kemurnian syariat tetap harus
dijaga dan diamalkan.
Gelombang kesulitan tak harus menjadikan kita surut dalam berkonsisten
dengan syariat ini. Bahkan bisa jadi kesulitan demi kesulitan yang kita alami menjadi
parameter seberapa jauh kita telah mengamalkan ajaran agama ini. Di lain sisi,
ketidaktahuan seseorang akan syariat ini seringkali menjadikan pelakunya
bertindak tanpa adanya rambu-rambu yang telah dicanangkan agama.
Namun, bisa jadi ketidaktahuan akan syariat ini menjadi titik awal seseorang
merasakan indahnya agama dan manisnya iman sebagaimana yang terjadi pada Adhit,
ikhwan yang menceritakan kisahnya ini. Semoga Alloh merahmati mereka, menerima
ruh mereka berdua dan menjadikan mereka berdua termasuk hamba-hamba-Nya
yang shalih yang dijanjikan surga-Nya. Amiin.
Sumber: Kumpulan KISAH NYATA UNGGULAN Majalah ELFATA
‘Seindah Cinta ketika Berlabuh’, 2008, FAtaMeDia
http://www.facebook.com/notes/strawberry/-seindah-cinta-ketika-berlabuh-/10150380105275180
Selasa, 10 Januari 2012
Kisah Gadis Kecil Yang Shalihah
Oleh: Ummu Mariah Iman Zuhair
Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini,
seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya.
Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam
tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara
burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik,
terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang
tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung
pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang
gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak
meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang
gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak
kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian
pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku
mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok
tersebut.
Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah.
Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang
membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke
pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan
agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan
sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama
Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya,
dan memerintah kepada yang ma’ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya
pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang
pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan.
Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak
muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: “Wahai ummi, bagaimana dia
akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat
adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan
melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai
pembantu kita!!”
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu
tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut
mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: “Mama, aku sekarang
menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah
mengajarkan kepadaku tentang Islam.” Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar
baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta
pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan
ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya
setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai
pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun
yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik.
Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua
orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau
menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami
ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia
menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: “Sakit ringan di kakiku.”
Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia
menjawab: “Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah.” Setelah itu dia tidak
mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah
satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki
mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang
penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di
atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan
dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan
alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan,
saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata:
“Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah.” Akupun mendekatkan dia di dadaku
sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: “Wahai ummi, alhamdulillah,
musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku.”
Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang
melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan
kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama
kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun
penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta
akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan.
Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar
memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya
berkata: “Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai
rambut dari kepalaku.”
Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika
dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang
dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun.
Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya:
“Apakah engkau seorang muslimah?” Dia menjawab: “Tidak.”
Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar
yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu
dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi
linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di
Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang
seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui
tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali
mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai
ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut
terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger.
Afnan bertanya kepadanya:
“Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk
mengamputasi kakiku?” Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin
bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab
dengan satu kalimat: “Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah
mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna.”
Temanku tersebut berkata: “Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil
di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju
kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari
itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati.”
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba
kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas
ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol
tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang
yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari
komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu’ dan shalat, tanpa ada seorangpun
yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada
gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal.
Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia
menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.
Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan
berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia
berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia
terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu
pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku
tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka
kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan
dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam.
Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: “Ummi, kemarilah, aku mau
menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat.” Kukatakan: “(Mimpi) yang baik
Insya Allah.” Dia berkata: “Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari
pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan
keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan
pernikahanku, kecuali engkau ummi.”
Akupun bertanya kepadanya: “Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu
tersebut.” Dia menjawab: “Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan
mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan
berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas
perpisahanku.” Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku
menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku,
setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu
Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: “Ummi,
mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu.” Maka diapun menciumku. Kemudian dia
berkata: “Aku ingin mencium pipimu yang kedua.” Akupun mendekat kepadanya, dan
dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata
kepadanya: “Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah.”
Maka dia berkata: “Asyhadu alla ilaaha illallah.”
Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: “Asyhadu allaa
ilaaha illallaah.” Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata:
“Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah.” Dan
keluarlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak
kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan
terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan
aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang
aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil ‘aalamin. (AR)*
Sumber: Majalah Qiblati Edisi 4 Tahun 3
www.qiblati.com
Langganan:
Postingan (Atom)
Tema Projek dan Contoh Implementasinya
Tema Projek dan Contoh Implementasinya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sangat luas dan fleksibel. Masih banyak tema lainnya...
-
narasi deskripsi eksposisi argumentasi nyaeta Pangartian Karangan Narasi: Narasi nyaeta tulisan atawa karangan anu eusina ngebrehkeu...
-
Menabung merupakan hal yang sangat luar biasa karena dengan menabung kita mempunyai simpenan untuk masa tua. he he ^ _ ^ Ada yang m...
-
Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillah saya bisa membuat postingan lagi, senangnya.... :) ! Postingan kali ini temanya masih sama d...