Senin, 22 Oktober 2012

Kisah JILBAB



Bismillahirrahmanirramhim
Lima bungkus Dadar Gulung dihidangkan di warung kopi. Perbincangan hangat dimulai.

“Kyai, kenapa sih masih ngotot wanita harus pake jilbab?”
“Lha, kok sampeyan nanya gitu?”
“Jilbab itu kan, budaya Arab?”
“Lha, kok sampeyan bisa bilang gitu?”
“Kenyataannya begitu.”
“Terus, kalo saya bilang jilbab itu syari’at, sampean mau apa?”
“Jilbab itu kan dipake khusus buat shalat atau ke pengajian. Kalau di tempat umum ya mesti dibuka. Bego aja kebalik-balik.”

“Itu kan kata sampeyan. Saya aja engga ngotot sampeyan sebut jilbab sebagi budaya Arab.”
“Pakaian itu penggunaannya bersifat situasional. Kalau mau pergi mengaji ya pakai jilbab. Kalau mau berenang ya pakai baju renang. Masa renang pake mukena. Segampang itu kok nggak paham.”
“Emang, siapa yang berenang pake mukena?”
“Itu kan tamsil. Masing-masing pakaian ada tempatnya.”
“Astaghfirulllah. Eh, sampeyan boleh tidak setuju kalo jilbab itu bukan syari’at. Silahkan saja isteri dan anak-anak gadis sampeyan disuruh telanjang juga masa bodoh. Itu hak sampeyan. Tapi sebagai muslim terpelajar, omongan sampeyan justeru seperti orang yang tidak pernah “makan bangku” sekolahan.”
“Rata-rata orang yang berpikiran kolot emang kaya gitu. Pemikirannya bukan level saya.”
“Ya terserah. Lagian, banyak kok orang Islam yang lebih percaya penjelasan mufassir selevel Imam Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, An-Nasafi, AlBaidhowy atau Abu Su’ud. Ane juga lebih percaya penafsiran sahabat selevel Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas atau Ibnu Sirin daripada ocehan sampeyan.”
“He he he ... ya terserah Kyai lah. Jilbab kan hanya bungkus. Yang penting kan isi dan substansinya. Yang penting jadi orang baik.”

Kyai Adung mencomot sepotong dari lima potong Dadar Gulir yang masih berbungkus plastik. Tapi bukan untuk dicaplok dan dikunyah, namun diletakkan lagi di atas piring hidangan. Beberapa menit kemudian satu dua Laler Ijo datang dan nemplok di atas Dadar Guling itu. Makin lama, makin banyak Laler Ijo yang nemplok. Nampak sekali Laler Ijo itu menikmatinya lahap sekali. Dalam hati, Laler Ijo itu berucap terima kasih kepada orang yang sudah dengan senang hati membuka bungkus plastiknya. Sebab sejak tadi, air liur Laler Ijo itu sudah banjir dan cuman ngeces karena setiap kali dia hinggap di atasnya, bungkus plastiklah yang dihisapnya.

“Monggo,” kata kyai Adung menawarkan Dadar Guling pada rekannya itu. Tanpa sungkan, orang itu mengambil satu Dadar Guling yang masih terbungkus plastik, membuka dan melahapnya.
“Ane bolah tanya,” kata kyai Adung.
“Silahkan,” jawab orang itu mantap.
“Mengapa sampeyan tidak mengambil Dadar Guling yang sudah saya buka? Kan enak, sampeyan tinggal caplok tanpa repot membuka bungkusnya dulu.”
“Ih, jijik saya. Masa saya harus makan Dadar Guling yang sudah dikerubungi Laler Ijo? Kyai saja kalo berkenan.”
“Loh, apa salahnya? Plastik kan hanya sebatas bungkusan. Yang penting kan isi dan substansinya!”
“Ini kan pilihan saya. Saya merasa aman dengan Dadar Guling yang masih ada bungkusnya.”
“Nah, kalo begitu, biarkan orang-orang yang pake jilbab itu menjalankan pilihannya. Ndak usah dibilang bego dan kebalik-balik. Lha urusan Dadar Guling saja, sampeyan demen yang masih rapet!”

Twew!

Orang itu merasa omongannya nemplok ke mukanya sendiri. Dia nampak kikuk logiknya dibalikin logika kyai Adung. Buru-buru dia meraih lagi Dadar Guling yang masih tersisa. Barangkali untuk menutupi rasa kikuknya. Tapi naas, tiga buah dadar Guling yang masih terbungkus plastik sudah pindah di genggaman Kyai Adung. Sementara tangannya sudah terlanjur mencomot Dadar Guling telanjang yang sudah dikerubungi Laler Ijo.

Kekekekek, dasar jail. Kyai Adung malah siul-siul terus mengunyah Dadar Guling, menyeruput kopi pesanannya dan pura-pura tidak tahu aksi orang di sampingnya itu.

Oleh : Abdul Muttaqin

Kamis, 11 Oktober 2012

Cara Membuat Reaksi di Blog

Bismillahirrahmanirrahim. Selamat berjumpa lagi sahabat blogger, Semoga dalam keaadaan sehat, berkah, mudah & hati cerah. Terhindar dr susah & resah.☺.

Dalam postingan kali ini aku akan berikan sebuah tips yang ringan-ringan bagi para Blogger pemula. Yaitu  cara membuat Reaksi didalam postingan Blog. Lansung praktek ya....... ! perhatikan baik-baik


1. Anda masuk terlebih dahulu ke  akun kamu (Blogger)


2.  Pilih Opsi lainnya >>>>> Tata Letak





Setelai kamu klik akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini !










3. Klik Edit pada Posting Blog yan terdapat di Tata Letak






4. Klik pilihan Reaksi. Kamu bisa mengganti Reaksi sesuai keinginan hati




4. Jangan lupa di SAVE


Alhamdulillah Selesai..... Mudahkan :) Boleh dilihat hasilnya !







BEFORE


AFTER

Selasa, 09 Oktober 2012

Profile Fatih Seferagic

Profile Fatih Seferagic
About
I was born in Germany, moved to the states at the age of 4. I completed my Hifdh in Baltimore at ISB hifdh program. I currently live in Houston, TX.

Biography
My nationality is Bosnian, but I was born in Germany. I moved to the USA at the age of 4. I lived in Baltimore, MD for 7 years where I completed my Hifdh at the Islamic Society of Baltimore under Shaykh Qari Zahid & Qari Abid. I moved to Dallas for 10 months to study classical Arabic at Bayyinah's Dream program. I currently live in Houston, TX as a student and a Qur'an Teacher.

Description
Quran teacher in Houston, TX

Tenang sahabatku terjemahan  Indonesianya ada dibawah ini.

Fatih Seferagic lahir di Jerman 1 Maret 1995, kemudian pindah ke Amerika pada usia 4 tahun. Dia menyelesaikan hafidz  di Baltimore pada program hifdh ISB. Saat ini  dia tinggal di Houston, TX.

 Fatih Seferagic adalah berkebangsaan  Bosnia, tapi akh Fatih lahir di Jerman. Kemudian Dia pindah ke Amerika Serikat pada usia 4 tahun. Sekarang Dia tinggal di Baltimore, MD selama 7 tahun di mana akh Fatih menyelesaikan hafidznya di Islamic Society of Baltimore dibawah Syaikh Qari Zahid & Qari Abid. Fatih kemudian pindah ke Dallas selama 10 bulan untuk belajar bahasa Arab klasik pada program Mimpi Bayyinah itu. Saat ini Fatih tinggal di Houston, TX sebagai mahasiswa dan Guru Qur'an.









































Suara Fatih Seferagic





Senin, 08 Oktober 2012

2 Waktu Tidur Yang Dilarang



TIDUR merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Rasul mengatakan bahwa tubuh kita mempunyai hak untuk beristirahat. Tidur juga meremajakan kembali kulit tubuh dan menyegarkan jiwa. Namun, ternyata ada dua waktu tidur yang menurut Rasul, hendaknya dihindari.


 1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh

Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya,” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).

Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata : “Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalig – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).

2. Tidur Sebelum Shalat Isya’

Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).

Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh sebab itu At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : “Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memberi keringanan dalam masalah ini. Abdullah bin Mubarak mengatakan : “Kebanyakan hadits-hadits Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadlan saja”.

Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : “Di antara para ulama melihat adanya keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran terlewatnya waktu shalat”. [sa/berbagaisumber/abu-al-jauzaa]

Tema Projek dan Contoh Implementasinya

  Tema Projek dan Contoh Implementasinya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sangat luas dan fleksibel. Masih banyak tema lainnya...