(1) Prinsip ujian sbenarnya adlh,
mereka yang mengajarlah yg berhak menguji. Menjadi masalah besar bila orang yg
tak mengajar ikut menguji
(2) Lalu yang akan merekrut atau
memakai tenaga atau pikiran ybs lah yg menguji selanjutnya. Misalnya:
Universitas atau cln pemberi kerja
(3) Untk pendidikan dasar, sbaiknya Indonesia
sdh keluar dari exam merit (kecakapan ujian) ke talent merit (kecakapan
berdasarkan bakat)
(4) Kecakapan seorang anak tdk dpt
diukur hny saat ujian, bisa sj hari itu adalah bad day ybs, apalagi bila
suasana nasional begitu menekan.
(5) Namun di lain sisi kt juga perlu
guru2 yg lebih bertanggungjawab, lebih menjaga kestabilan emosi anak2, bukan
target (UN) oriented
di luar negri S 1 dan MBA bahkan tdk
diuji, tak pakai thesis“@adityakristanto:Jadi,
sidang skripsi seharusnya diuji dosen pembimbing? :p”
(6) Kl pun ada org lain yg menguji
adalah untuk quality control dan dpt tatap muka dgn suasana yg friendly
(7) dgn budget yg super besar, sdh
saatnya pendidikan lebih didesentralisasikan. dari UN ke UD (Ujian Darrah),
atau hny US (Ujian sekolah)
(8). Budget besar selalu menjadi
sumber penggunjingan dan sumber masalah, berkumpulnya org2 bermasalah dan
politik uang.
(9) Kita sering berpikir pendidikan
hrs lbh berat lagi, padahal di Indonesia materi sdh sangat berat, berlebihan
dan kebanyakan
Untuk level MM seharusnya cukup
case-based writing saja. Ini jd masalah krn Mnrut prmerintah hrs ada thesis...
MBA atau MM itu applied science..“@denty_kusuma: @Rhenald_Kasali kalau tak pakai thesis pakai
apa, Pak?”
pakai salaman aja...“@heriawanzhang: Trus lulusnya gimana, Prof??
"@Rhenald_Kasali: di luar negeri S1&MBA
bhkn tdk diuji, tak pakai thesis“”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar