Senin, 31 Oktober 2011

Telepon Genggamku Tinggal Kenangan

Akhirnya HP ku tinggal kenangan. Kenapa bisa begitu? ikuti ceritanya di bawah ini

 Pada waktu itu, seperti hari-hari biasanya, aku sering mengantarkan anak-anak pulang sekolah.


Sebelum berangkat aku sempat kirim sms ke teman. Assalamu'alaikum Pak Absensi sudah ana kirim, Af1 minta di koreksi. "isi pesanku kepada teman" 

Selanjutnya aku mengantarkan anak - anak ke rumahnya. tak lupa aku selalu membawa HP tersebut, aku simpan HP tersebut di kantong jaket hitam sebelah kiri.


Setelah selesai mengantarkan anak-anak ke rumahnya. ketika aku mau menuju kantor kembali, di perjalanan aku inget bahwa tadi aku sudah kirim pesan ke teman. Apakah sudah dibalas atau belum "dalam benak pikiranku". Waktu itu hp tersebut dalam keadaan silent jadi tidak bisa merasakan bunyi ada pesan masuk. 


Waktu itu di tengah perjalanan  kembali menuju kantor. aku mengambil hp di saku jaket hitam yang di kenakanku, setelah ku lihat hp ku ternyata ada pesan balasan dari temanku. " Wah super kilat sekali, ya sebentar dulu nanti ana cek"  se ingat saya itu pesan balasan temanku dan sekaligus pesan yang ku baca terakhir kalinya di hp tersebut. aku membaca pesan tersebut masih sedang mengendarai motor, setelah membaca balasan pesan itu aku tidak langsung membalas pesan tersebut, karena masih sedang mengendarai motor, pikirku nanti saja balasnya di kantor. setelah itu aku simpan kembali hp tersebut di saku jaket hitam.




Setelah sampai di depan kantor, aku langsung meraba-raba saku jaketku karena aku mau membalas pesan dari temanku yang tadi. setelah tanganku meraba-raba ke saku jaket hitamku sampai celana ternyata hpnya tidak ada? aku langsung bingung. padahal tadi di jalan masih baca sms dari temanku kenapa bisa tidak ada di saku jaketku.




Kemudian aku langsung kembali ke jalan yang saya lalui tadi, takut hp tersebut jatuh. setelah ku telusuri  beberapa kali hingga di temani teman juga tetap hp tersebut tidak ditemukan.


Innalillahi wa innailaihi ra'jiun
mungkin hp tersebut sudah habis masa baktinya he he he ^_^ "memangnya Pejabat"

Benda yang ada di dunia ini  ada  pasti setelah itu tiada. alhamdulilla masih hp yang hilang. coba lihat contoh oranglain ada yang hilang rumahnya  karena  dilahap habis  oleh si jago merah dan yang lebih parah hilangnya harga diri, di akhir zaman ini banyak sekali yang hilang harga dirinya dengan menjual kehormatannya naudzubillah.  

Alhamdulillah aku masih beruntung  hanya HP yang hilang dariku. coba kalau iman  yang hilang mau jadi apa diriku ini.  

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْهَا
Sesungguhnya kita milik Allah, dan kita akan kembali kepadan-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah yang menimpaku dan gantila untukku dengan yang lebih baik"


Semoga Allah SWT mengganti dengan yang lebih baik dari itu "Amin"

By Azharsekarwangi

Kamis, 27 Oktober 2011

Workshop at Senayan

Beberapa koleksi foto Worshop

 Menunggu merupakan hal yang membosankan. Tapi berbeda dengan teman ku yang satu ini,  beliau sangat senang karena dengan membaca dapat menghilangkan rasa bosan tersebut. Beliau namanya  Bu Meta. Wah hebat ! bosan bisa hilang dengan membaca buku ternyata.


Yang ini adalah Ustadz Suhabudin teman qu juga. Beliau sama seperti teman yang lain lagi menunggu, sambil Foto-Foto.


yang ini diriku, sama seperti temanqu yg lain lagi menunggu teman yang lainnya. Lagi Narsiz Foto-fot ^_^ He he he
Detik demi detik menit demi menit pun berjalan akhirnya teman-temanpun berkumpul



Yang ini namanya Bu Sarotun. Beliau lagi ngemil Sisain ya bu... makanannya He he he


Siapa  lagi nich... yang boncengan berduan...  Dia adalah Bu Selvi  pasangan pengantin baru. "Wajahnya ceria teruz"

Detik demi detik, menit demi menit pun berlalu. Akhirnya semuanya sudah berkumpul
 Selanjutnya semuanya memasuki mobil yang sudah di sewa, kemudian bergegas menuju tempat workshop di Kementerian Pendidikan Nasional.


Alhamdulillah kita semua sudah tiba di Gedung Kemendiknas Senayan
Foto bareng, di mana ya diriqu nggak ada di sana. Dimana hayo...! Biasa yang suka foto-foto jarang ada  he he he^_^


 Alhamdulillah ada juga foto qu, terima kasih banyak ya... yang sudah foto aqu.
Setelah melakukan regestrasi, kami langsung di kasih jinjingan dari Panitia Workshop. Di dalamnya ada snack pagi , buku dan pulpen dan lain-lain. Kemudian semuanya menuju ke tempat Peristirahatan, sambil menunggu waktu di mulainya workshop , kami semua mengisi perut terlebih dahulu. Karena di dalam acara tersebut tidak boleh ada yang makan dan minum. harus seperti di dalam kelas "Kata Panitia tersebut"





 Ini foto di tempat istirahat. ada yang lagi sarapan, bincang-bincang, ada juga yang lagi telepon-teleponan. Sama siapa tuch... Owh dia kayaknya lagi ngajak temannya yang lain untuk segera datang ke acara seminar. Wuah hebat... jangan lupa informasikan ke teman-teman yang lain seminarnya sebentar lagi mau di mulai cepetan datangnya ! Supaya nggak ke macetan pake Helikopter saja He he he ^_^ just kidding...


Suasana di dalam Auditorium Kemndiknas.





    Acara seminar belum dimulai teman-ku masih asyik fot-foto











 Alhamdulillah acara workshop telah dibuka dengan pukulan Gong oleh Ketua IGI Bapak Satria Dharma (tengah), Perwakilan Kemendiknas (disamping kiri Bu Sri Safitiri) & Bu Sri Safitri Senior Manager Marketing Telkomsel (Kiri)

Di dalam workshop  "DEVELOPING CREATIVE CURRICULUM" banyak sekali ilmu. Diantarnya dia ajarkan membuat materi ajar yang kreati, pokoknya buanyak. Tidak bisa di utarkan semuanya di sini maaf ya.... Kalau mau and dapat ilmunya yang banyak ikutan saja workshop, tidak hanya dapat sertifikat, tapi ilmu yang berharga. Cari sebanyak mungkin tentang informasi workshop. Oke oke oke






     
  cukup sekian kicauan dari aku sampai berjumpa di cerita yang selanjutnya.
by: Azharsekarwangi 














Rabu, 26 Oktober 2011

Cerita Pertamaku Menabung di Bank


Menabung merupakan hal yang sangat luar biasa karena dengan menabung kita mempunyai simpenan  untuk masa tua. he he ^ _ ^

Ada yang menarik pengalaman pribadi qu dalam menabung di Bank. Menabung bisa dikatakan hal yang biasa, karena waktu masih di bangku sekolah dasar sudah biasa menabung. Hal yang tak biasa adalah menabung di Bank. 

Ketika itu aku disuruh menabung ke salah satu Bank yang ada didaerah qu. Pikiran ku langsung bingung, bagaimana cara menabung di Bank " Pikiranku bingung" sambil bertanya-tanya di dala isi hatiku, "kenapa harus saya yang menabung ke Bank, padahalkan aku orang awam belum pernah menabung ke Bank. Di dalam hatiku aku niatkan Bismillahirrahmanirrahim aku bisa... aku bisa... aku bisa...

Aku mencoba bertanya-tanya ke temanku kata beliau "kamu harus ngisi dulu formulir menabung kemudian buku tabungannya di isikan uang yang akan di tabung beserta formulir yang di isi tadi, setelah itu kasih ke kasir atau langsung tanya saja ke satpam yang ada di situ" 

Selanjutnya aku berangkat ke kantor Yayasan untuk mengambil buku tabungannya. Untuk menambah keyakinanku. aku bertanya kembali kepada teman yang ada di kantor Yayasan tersebut Pak cara menabung di bank itu bagaimana sich? katanya harus ngisi formulir dulu" Tanya aku. " Ya kamu harus ngisi dulu formulir, biasanya ada rak formulir diantaranya menabung, transfer, narik uang dan lain-lain" kata Beliau. Setelah ngisi formulir dan ngasih formulir harus bagaimnalagi pak?   Cerewet sekali ya diriqu, bertanya terus... ! He he he. " kamu harus nunggu di panggil oleh kasir, kalau ngantri biasanya lama juga "  kata beliau. "Terima kasih banyak Pak" Jawab ku.

Setelah banyak tanya-tanya tentang menabung di Bank. Akupun meluncur menuju Bank dengan kendaraan roda dua Brem......... Brem......... Brem......... 
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan.

Ketika aku masuk ke dalam Bank. Langsung aku mencari di mana formulir  untuk menabung. Setelah melirik ke kiri dan kanan, ternyata ada di pinggir sebelah kanan terdapat rak-rak atau wadah. akupun langsung bergegas untuk mengambil formulir tersebut.

Akupun menulis formulir tersebut, diantaranya mengisi  nama, no rekening ketika mau mengisi yang berikutnya aku bingung kembali  "aku inget kata temanku tadi, kamu tanya saja ke satpam" Alhamdulillah satpamnya ada lagi duduk di belakang. langsung saja aku samperin Pak Satpam. dan langsung tak banyak basa basi.  Akupun langsung bertanya kepada Beliau "Pak saya mau menabung yang ini di isi apa? " tanya aku. "Langsung saja berapa yang mau di tabung di tulis dengan angka dan huruf kemudian tanda tangan di kolom yang di bawah" Jawab Pak Satpam"
Pak setelah selesai ngisi formulir ini terus di ke manakan Pak "Tanya diriku" . Langsung saja simpan di rak merah di atas meja kasir "Jawab Beliau" Terimakasih banyak Pak" 

Langsung aku masukan uangnya ke buku tabungan beserta formulir yang sudah diisi tadi.
Alhamdulillah pada saat itu di dalam Bank tidak terlalu banyak orang. Jadi tidak terlalu lama menunggunya.

Setelah menunggu 10 menit akupun di panggil oleh kasir Bank tersebut. Pak uangnya jangan di masukan di buku tabungan, di pegang dulu saja, "Kata Beliau" . Ya Bu itu kan aku mau buru-buru "Jawab  alasan ku" he he he padahal aku tidak tahu, saran teman tadi katanya uangnya di simpan di dalam buku tabungan. Alhamdulillah aku bisa menabung di Bank.

Semoga isi cerita tersebut bermanfaat, maaf kata-katnya masih kaku, yang penting belajar teruz dan berkarya. by Azharsekarwangi





Minggu, 23 Oktober 2011

Kehormatanmu, Wahai Saudariku … (1)


Telah banyak tulisan atau pun buku yang membahas mengenai kewajiban seorang wanita untuk menjaga diri dan kehormatannya. Telah banyak juga artikel yang berisikan kewajiban seorang wanita menjadi manusia yang mulia dengan terus menjaga harga dirinya. Nasihat-nasihat yang ditujukan kepada wanita untuk menjaga ‘iffah (kehormatan diri) sering terdengar dan terucap dari para lelaki. Namun, tulisan ini tidak akan membahas cara agar seorang wanita menjaga diri, melainkan membahas arti kehormatan dan bentuk penjagaan diri seorang laki-laki.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (١)الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢)وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (٣)وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (٤)وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٥)إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (٦)فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (٧)
Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang orang yang khusyu’ dalam shalatnya, orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari hal lain di balik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. Al-Mu’minun, 1–7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita dalam sabdanya,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki, melebihi (ujian terkait) wanita.” (Hr. Bukhari, no. 4808; Muslim, no. 2740; dari Usamah bin Zaid)

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Sesungguhnya, dunia ini manis dan hijau. Allah menjadikan kalian sebagai pengatur di dalamnya secara turun temurun, lalu Dia melihat sikap kalian perbuat. Karena itu, berhati-hatilah kalian terhadap dunia, dan berhati-hatilah kalian terhadap wanita karena awal bencana yang menimpa Bani Israil adalah pada wanitanya.” (Hadits sahih; Hr. Muslim, no. 2742)

Telah jelaslah bagi kita, baik muslim maupun muslimah, bahwa seorang wanita itu dapat melemahkan iman seorang laki-laki. Wallahu a’lam. 

Meski begitu, pernahkah kita berpikir dan merenungi bahwasan seorang laki-laki pun dapat menjadi fitnah (ujian, ed.) untuk seorang wanita? Memang, tidak ada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa seorang laki-laki dapat menjadikan fitnah bagi wanita, tetapi hendaknya seorang laki-laki menyadari bahwa di dalam kehidupan ini terdapat dua jenis insan: wanita dan laki-laki. Setiap sebab dan akibat tentulah memiliki koherensi atau kesinambungan satu sama lain. Apakah mungkin ada akibat tanpa ada sebab? Atau, sebaliknya? Wallahu a’lam.

Bagaimana bisa?
Penulis berikan contoh yang menggambarkan bahwa seorang lelaki muslim pun dapat menjadi fitnah bagi seorang muslimah. Jika ada seorang laki-laki dengan kemampuan ilmu yang tinggi, baik ilmu agama atau pun ilmu dunia (misalnya, kemampuan dalam bidang teknologi, dengan di dukung penampilan fisik yang menyejukkan mata, kefasihan dalam berbahasa, atau tingkat keuangan yang mencukupi), maka apakah semua ini akan berlalu begitu saja bagi seorang wanita? Tentu tidak, wahai lelaki muslim!
Seorang wanita itu juga memiliki hawa nafsu, layaknya seorang lelaki, walaupun tingkat hawa nafsunya tidak sebanding dengan laki-laki. Allahu a’lam.

Asy-Syaukani berkata, “Sebabnya adalah lelaki senang kepada wanita karena demikianlah ia telah diciptakan –memiliki kecondongan kepada wanita–. Demikian juga, karena sifat yang telah dimilikinya, berupa syahwat untuk menikah. Demikian juga, wanita senang kepada lelaki karena sifat-sifat alami dan naluri yang telah tertancap dalam dirinya. Oleh karena itu, setan menemukan sarana untuk mengobarkan syahwat yang satu kepada yang lainnya, sehingga terjadilah kemaksiatan.” (Nailul Authar, 9:231)
‘Iffah berlaku untuk lelaki maupun wanita
‘Iffah“, sebuah kata yang pernah atau biasa kita dengar. “Si Fulan adalah seorang yang ‘afif“ atau “Si Fulanah adalah seorang yang ‘afifah“ merupakan sebutan bagi lelaki dan wanita yang memiliki iffah. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “‘iffah” itu?

Secara bahasa, “‘iffah“ adalah ‘menahan’. Adapun secara istilah, artinya ‘menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan’. Dengan demikian, seorang yang ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan, walaupun jiwanya cenderung mengarah kepada perkara tersebut dan menginginkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (Qs. An-Nur:33)

Termasuk dalam makna “‘iffah” adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
Orang yang tidak tahu tersebut menyangka bahwa mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia).” (Qs. Al-Baqarah:273)

Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan beliau berikan, hingga habislah harta yang ada pada beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka ketika itu,
مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Tidak ada harta di sisiku yang tidak kuberikan kepada kalian. Sesungguhnya, barang siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, barang siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar, dan barang siapa yang merasa cukup dengan Allah –sehingga dia tidak meminta kepada selain-Nya– maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas selain daripada kesabaran.” (Hr. Al-Bukhari, no. 6470; Muslim, no. 1053)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta), qana’ah (merasa cukup), dan bersabar atas kesempitan hidup dan hal lainnya dari beragam kesulitan (perkara yang tidak disukai) di dunia.” (Syarah Shahih Muslim, 7:145)
Memang, usaha yang dilakukan untuk menjaga sebuah ‘iffah bukanlah usaha yang ringan. Perlu perjuangan jiwa yang sungguh-sungguh dengan meminta tolong kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Ankabut:69)

Bagi seorang wanita muslimah, menjaga diri dan kehormatan itu sangatlah penting, namun bukan berarti perkara ini tidaklah penting bagi para lelaki muslim. Bisa jadi, berawal dari tidak pandainya seseorang menjaga diri dan kehormatan akan muncul berbagai bahaya dalam diri orang tersebut, sehingga akhirnya seorang anak Adam terpelosok ke dalam kubangan maksiat. Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor, misalnya: penyimpangan dalam penggunaan sarana telekomunikasi, seperti: telepon, internet, dan sejenisnya. Juga, maraknya peredaran majalah dan VCD porno, serta yang semisalnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala befirman,
لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh untuk mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar.” (Qs. An-Nur:21)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (١٣٦)
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu mereka memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka; dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Bagi mereka ada balasan berupa ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.” (Qs. Ali Imran:135–136)

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Seandainya orang yang berakal disuruh untuk memilih antara memenuhi keinginan nafsunya sesaat atau menghabiskan sisa umurnya dalam kerugian akibat mengikuti keinginan nafsu tersebut, pastilah orang itu memilih untuk tak akan pernah mendekati nafsunya tadi kendati ia diberi dunia dengan seluruh isinya. Hanya saja, karena mabuk untuk mengikuti hawa nafsu itu telah menghalangi untuk membedakan antara akal pikiran dan hawa nafsu.” (At-Taubah Wazhifatul ‘Umr, hlm. 213)
Bersambung, insya Allah ….

Penulis: Ummu Khaulah Ayu.

Muraja’ah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A.

Artikel www.muslimah.or.id

Maksiat Menggelapkan Hati


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Setiap hari tidak bosan-bosannya kita melakukan maksiat. Aurat terus diumbar, tanpa pernah sadar untuk mengenakan jilbab dan menutup aurat yang sempurna. Shalat 5 waktu yang sudah diketahui wajibnya seringkali ditinggalkan tanpa pernah ada rasa bersalah. Padahal meninggalkannya termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa zina. Saudara muslim jadi incaran untuk dijadikan bahan gunjingan (alias “ghibah”).

Padahal sebagaimana daging saudaranya haram dimakan, begitu pula dengan kehormatannya, haram untuk dijelek-jelekkan di saat ia tidak mengetahuinya. Gambar porno jadi bahan tontonan setiap kali browsing di dunia maya. Tidak hanya itu, yang lebih parah, kita selalu jadi budak dunia, sehingga ramalan primbon tidak bisa dilepas, ngalap berkah di kubur-kubur wali atau habib jadi rutinitas, dan jimat pun sebagai penglaris dan pemikat untuk mudah dapatkan dunia. Hati ini pun tak pernah kunjung sadar. Tidak bosan-bosannya maksiat terus diterjang, detik demi detik, di saat pergantian malam dan siang. Padahal pengaruh maksiat pada hati sungguh amat luar biasa. Bahkan bisa memadamkan cahaya hati. Inilah yang patut direnungkan saat ini.

Ayat yang patut jadi renungan di malam ini adalah firman Allah Ta’ala,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14)

Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”[1]

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan selainnya.[2]

Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.”[3]

Penulis Al Jalalain rahimahumallah menafsirkan, “Hati mereka tertutupi oleh “ar raan” seperti karat karena maksiat yang mereka perbuat.”[4]

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan perkataan Hudzaifah dalam fatawanya. Hudzaifah berkata, “Iman membuat hati nampak putih bersih. Jika seorang hamba bertambah imannya, hatinya akan semakin putih. Jika kalian membelah hati orang beriman, kalian akan melihatnya putih bercahaya. Sedangkan kemunafikan membuat hati tampak hitam kelam. Jika seorang hamba bertambah kemunafikannya, hatinya pun akan semakin gelap. Jika kalian membelah hati orang munafik, maka kalian akan melihatnya hitam mencekam.”[5]

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Jika dosa semakin bertambah, maka itu akan menutupi hati pemiliknya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan mengenai surat Al Muthoffifin ayat 14, “Yang dimaksud adalah dosa yang menumpuk di atas dosa.”[6]

Inilah di antara dampak bahaya maksiat bagi hati. Setiap maksiat membuat hati tertutup noda hitam dan lama kelamaan hati tersebut jadi tertutup. Jika hati itu tertutup, apakah mampu ia menerima seberkas cahaya kebenaran? Sungguh sangat tidak mungkin. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”[7]

Perbanyaklah taubat dan istighfar, itulah yang akan menghilangkan gelapnya hati dan membuat hati semakin bercahaya sehingga mudah menerima petunjuk atau kebenaran.

Ya Allah, tunjukkanlah hati kami ini agar selalu taat pada-Mu dan berusaha menjauhi setiap maksiat yang benar-benar telah Engkau larang, apalagi dosa syirik dan kekufuran. Amin Yaa Mujibbas Saailin.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.


Disusun di malam hari, 7 Syawal 1431 H (15/09/2010) di Panggang – Gunung Kidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

Sabtu, 22 Oktober 2011

10 Ciri Orang yang Selalu Berpikir Positif


Melihat masalah sebagai tantangan
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.

Menikmati hidupnya

Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik.

Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak

‘Memelihara’ pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.

Mensyukuri apa yang dimilikinya
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya.

Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu

Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.

Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan
Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya.

Menggunakan bahasa positif

Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti “Masalah itu pasti akan terselesaikan,” dan “Dia memang berbakat”.

Menggunakan bahasa tubuh yang positif
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan ‘hidup’.

Peduli pada citra diri
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.

Rabu, 19 Oktober 2011

Tips Ms. Word

Tips Ms. Word

  1. Ctrl + Shift + >       : Digunakan  mempercepat untuk merubah ukuran font bertambah besar.
  2. Ctrl + Shift + <       : Digunakan  mempercepat untuk merubah ukuran font bertambah kecil.
  3. Shift + F3                : Digunakan  merubah kata yang diketikan menjadi hurup kapital atau  sebaliknya tanpa memblok kata yang diketikan tersebut.
  4. Ctrl + Shift + k       : Digunakan merubah kata yang diketikan menjadi hurup kapital atau sebaliknya namun harus terlebih dahulu memblok kata yang ingin dirubah.
  5. Ctrl + Del                : Digunakan menghapus kata-kata yang berada di sebelah kanan kursor.
  6. Ctrl + Backspace : Digunakan menghapus kata-kata yang berada di sebelah kiri kursor.
  7. Ctrl + c                    : Digunakan untuk mengCopy kata-kata yang telah diblok.
  8. Ctrl + v                    : Digunakan untuk menempelkan kata-kata yang telah dicopy.
  9. Ctrl + 1 & Ctrl + 2 : Digunakan untuk mengubah spasi, dari spasi satu menjadi spasi dua.
  10. Shift + Alt +           : Digunakan untuk memindahkan dengan cepat paragraf tempat kursor diletakan.         (tanda panah)
    Nah saya harapkan Trik Belajar Microsoft Word di atas dapat membantu anda di dalam bekerja menggunkan Microsoft Word.
    Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

Selasa, 18 Oktober 2011

Cara Mengajar yang Baik

Seperti apakah guru ideal itu? Setiap orang bisa menyodorkan daftar panjang berisi kriteria-kriteria untuk menjawab pertanyaan ini. Daftar tadi bisa jadi merujuk pada berbagai referensi—kesiapan materi, cara memperlakukan anak didik, tingkah laku, dan lain-lain—yang bisa jadi berbeda-beda bagi setiap orang.
Tapi, daripada pusing menyusun berbagai macam kriteria, mengapa tidak kita tanya saja anak-anak tentang guru yang baik menurut mereka? EENET Asia menurunkan sebuah laporan tentang guru ideal dalam pandangan anak-anak di China dan Pakistan, tetapi agaknya berlaku pula universal.

Simaklah beberapa komentar anak-anak di China.
  • Ibu guru Gao seperti ibu bagiku. Dia mendengar semua masalah dan keluh kesah kami serta membantu kami menyelesaikan masalah.
  • Guru Shan selalu melucu dalam kelas menulis kami dan membuat kami sangat tertarik dalam pelajaran itu. Tanpa saya sadari, saya jadi sangat suka menulis dan secara bertahap, saya mempelajari beberapa trik untuk menulis dengan baik.
  • Dia memperlakukan tiap siswa dengan setara. Dalam kebaikan hatinya, dia tidak pernah memihak. Sebagai murid, ini adalah hal yang paling berharga tentang guru… Dalam kelas guru Chen, kami merasa santai dan hidup (bersemangat). Dia selalu “tanpa sengaja” mengajukan pertanyaan atau membuat kesalahan agar kami dapat membetulkannya. Jika kami mengatakan sesuatu yang salah, tidak menyalahkan kami. Dia bahkan akan berkata sambil tersenyum: “Kesalahan Bagus! Kesalahan membantu kami menemukan masalah-masalah”. Tidak seberapa lama kemudian, bahkan siswa yang paling pemalu mau mengangkat tangan dan menjawab pertanyaannya.
Anak-anak di Pakistan berpendapat tentang guru yang baik:
  • Guru kami tahu nama tiap anak.
  • Dia menjelaskan pelajaran di papan tulis. Jika seseorang tidak paham, dia akan mendudukan anak itu disebelahnya dan menjelaskan lagi pelajaran itu.
  • Dia menghormati anak-anak, dia selalu memanggil mereka ‘aap’. (aap adalah bentuk sopan ‘kamu’ di Pakistan)
  • Guru kami selalu memperhatikan tiap anak ketika mengajar.
Paragraf terakhir pada tulisan tersebut agaknya mengena dan menggambarkan secara jelas bagaimana seharusnya seorang guru ideal:
  • Guru yang baik pada dasarnya adalah manusia yang baik. Mereka memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, tegas, luwes dalam perilaku, bekerja keras, serta berkomitmen pada pekerjaan mereka. Pusat perhatian mereka bukanlah pada buku teks atau kurikulum, tetapi pada anak! Mereka sangat menyadari beragamnya cara anak-anak belajar, perbedaan antar anak-anak dan pentingnya metode beragam untuk mendorong siswa mampu belajar. Anak-anak yang belajar dengan guru semacam itu tidak perlu lagi mengeluarkan uang tambahan untuk mengikuti les sepulang sekolah.

source :http://enon.wordpress.com/2007/04/04/cara-mengajar-yang-baik/

Senin, 17 Oktober 2011

Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak adalah hal yang paling pokok dalam Islam. Dengan hal tersebut, anak akan senantiasa dalam fitrahnya dan di dalam hatinya bersemayam cahaya-cahaya hikmah sebelum hawa nafsu dan maksiat mengeruhkan hati dan menyesatkannya dari jalan yang benar.
Para sahabat nabi benar-benar mengetahui pentingnya menghafal Al-Qur’an dan pengaruhnya yang nyata dalam diri anak. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anaknya sebagai pelaksanaan atas saran yang diberikan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits yang diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash,
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Sebelum kita memberi tugas kepada anak-anak kita untuk menghafal Al-Qur’an, maka terlebih dahulu kita harus menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Sebab, menghafal Al-Qur’an tanpa disertai rasa cinta tidak akan memberi faedah dan manfaat. Bahkan, mungkin jika kita memaksa anak untuk menghafal Al-Qur’an tanpa menanamkan rasa cinta terlebih dahulu, justru akan memberi dampak negatif bagi anak. Sedangkan mencintai Al-Qur’an disertai menghafal akan dapat menumbuhkan perilaku, akhlak, dan sifat mulia.
Menanamkan rasa cinta anak terhadap Al-Qur’an pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga, yaitu dengan metode keteladanan. Karena itu, jika kita menginginkan anak mencintai Al-Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dengan cara berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memuliakan kesucian Al-Qur’an, misalnya memilih tempat paling mulia dan paling tinggi untuk meletakkan mushaf Al-Qur’an, tidak menaruh barang apapun di atasnya dan tidak meletakkannya di tempat yang tidak layak, bahkan membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal tersebut akan merasuk ke dalam alam bawah sadarnya bahwa mushaf Al-Qur’an adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, dan harus dihormati, dicintai, dan disucikan.
Sering memperdengarkan Al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu, tidak memperdengarkan dengan suara keras agar tidak mengganggu pendengarannya. Memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada Al-Qur’an, misalnya dengan cara rutin membacanya.
Adapun metode-metode yang bisa digunakan anak mencintai Al-Qur’an diantaranya adalah:
1. Bercerita kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an.
Mempersiapkan cerita untuk anak yang bisa menjadikannya mencintai Allah Ta’ala dan Al-Qur’an Al-Karim, akan lebih bagus jika kisah-kisah itu diambil dari Al-Qur’an secara langsung, seperti kisah tentang tentara gajah yang menghancurkan Ka’bah, kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir, kisah Qarun, kisah nabi Sulaiman bersama ratu Bilqis dan burung Hud-hud, kisah tentang Ashabul Kahfi, dan lain-lain.
Sebelum kita mulai bercerita kita katakan pada anak, “Mari Sayangku, bersama-sama kita dengarkan salah satu kisah Al-Qur’an.”
Sehingga rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan terikat dengan rasa cintanya pada Al-Qur’an. Namun, dalam menyuguhkan cerita pada anak harus diperhatikan pemilihan waktu yang tepat, pemilihan bahasa yang cocok, dan kalimat yang terkesan, sehingga ia akan memberi pengaruh yang kuat pada jiwa dan akal anak.
2. Sabar dalam menghadapi anak.
Misalnya ketika anak belum bersedia menghafal pada usia ini, maka kita harus menangguhkannya sampai anak benar-benar siap. Namun kita harus selalu memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepadanya.
3. Menggunakan metode pemberian penghargaan untuk memotivasi anak.
Misalnya jika anak telah menyelesaikan satu surat kita ajak ia untuk jalan-jalan/rekreasi, atau dengan menggunakan lembaran prestasi/piagam penghargaan, sehingga anak akan semakin terdorong untuk mengahafal Al-Qur’an.
4. Menggunakan semboyan untuk mengarahkan anak mencintai Al-Qur’an.
Misalnya :
Saya mencintai Al-Qur’an.
Al-Qur’an Kalamullah.
Allah mencintai anak yang cinta Al-Qur’an.
Saya suka menghafal Al-Qur’an.
Atau sebelum menyuruh anak memulai menghafal Al-Quran, kita katakan kepada mereka, “Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia, orang yang mau menjaganya, maka Allah akan menjaga orang itu. Orang yang mau berpegang teguh kepadanya, maka akan mendapat pertolongan dari Allah. Kitab ini akan menjadikan hati seseorang baik dan berperilaku mulia.”
5. Menggunakan sarana menghafal yang inovatif.
Hal ini disesuaikan dengan kepribadian dan kecenderungan si anak (cara belajarnya), misalnya :
  • Bagi anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik melalui pendengarannya, dapat menggunakan sarana berupa kaset, atau program penghafal Al-Qur’an digital, agar anak bisa mempergunakannya kapan saja, serta sering memperdengarkan kepadanya bacaan Al-Qur’an dengan lantunan yang merdu dan indah.
  • Bagi anak yang peka terhadap sentuhan, memberikannya Al-Qur’an yang cantik dan terlihat indah saat di bawanya, sehingga ia akan suka membacanya, karena ia ditulis dalam lembaran-lembaran yang indah dan rapi.
  • Bagi anak yang dapat dimasuki melalui celah visual, maka bisa mengajarkannya melalui video, komputer, layer proyektor, melalui papan tulis, dan lain-lain yang menarik perhatiannya.
6. Memilih waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an.
Hal ini sangat penting, karena kita tidak boleh menganggap anak seperti alat yang dapat dimainkan kapan saja, serta melupakan kebutuhan anak itu sendiri. Karena ketika kita terlalu memaksa anak dan sering menekannya dapat menimbulkan kebencian di hati anak, disebabkan dia menanggung kesulitan yang lebih besar. Oleh karena itu, jika kita ingin menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an di hati anak, maka kita harus memilih waktu yang tepat untuk menghafal dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Adapun waktu yang dimaksud bukan saat seperti di bawah ini:
Setelah lama begadang, dan baru tidur sebentar,
Setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat,
Setelah makan dan kenyang,
Waktu yang direncanakan anak untuk bermain,
Ketika anak dalam kondisi psikologi yang kurang baik,
Ketika terjadi hubungan tidak harmonis anatara orangtua dan anak, supaya anak tidak membenci Al-Qur’an disebabkan perselisihan dengan orangtuanya.
Kemudian hal terakhir yang tidak kalah penting agar anak mencintai Al-Qur’an adalah dengan membuat anak-anak kita mencintai kita, karena ketika kita mencintai Al-Qur’an, maka anak-anak pun akan mencintai Al-Qur’an, karena mereka mengikuti orang yang dicintai. Adapun beberapa cara agar anak-anak kita semakin mencintai kita antara lain:
  • Senantiasa bergantung kepada Allah, selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak-anak. Dengan demikian Allah akan memberikan taufikNya dan akan menyatukan hati kita dan anak-anak.
  • Bergaul dengan anak-anak sesuai dengan jenjang umurnya, yaitu sesuai dengan kaedah, “Perlakukan manusia menurut kadar akalnya.” Sehingga kita akan dengan mudah menembus hati anak-anak.
  • Dalam memberi pengarahan dan nasehat, hendaknya diterapkan metode beragam supaya anak tidak merasa jemu saat diberi pendidikan dan pengajaran.
  • Memberikan sangsi kepada anak dengan cara tidak memberikan bonus atau menundanya sampai waktu yang ditentukan adalah lebih baik daripada memberikan sangsi berupa sesuatu yang merendahkan diri anak. Tujuannya tidak lain supaya anak bisa menghormati dirinya sendiri sehingga dengan mudah ia akan menghormati kita.
  • Memahami skill dan hobi yang dimiliki anak-anak, supaya kita dapat memasukkan sesuatu pada anak dengan cara yang tepat.
  • Berusaha dengan sepenuh hati untuk bersahabat dengan anak-anak, selanjutnya memperlakukan mereka dengan bertolak pada dasar pendidikan, bukan dengan bertolak pada dasar bahwa kita lebih utama dari anak-anak, mengingat kita sudah memberi makan, minum, dan menyediakan tempat tinggal. Hal ini secara otomatis akan membuat mereka taat tanpa pernah membantah.
  • Membereskan hal-hal yang dapat menghalangi kebahagiaan dan ketenangan hubungan kita dengan anak-anak.
  • Mengungkapkan rasa cinta kepada anak, baik baik dengan lisan maupun perbuatan.
Itulah beberapa point cara untuk menumbuhkan rasa cinta anak kepada Al-Qur’an. Semoga kegiatan menghafal Al-Qur’an menjadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak, sehingga kita akan mendapat hasil sesuai yang kita harapkan.
Diringkas dari Agar Anak Mencintai Al-Qur’an, Dr. Sa’ad Riyadh
***
Artikel muslimah.or.id

Jumat, 14 Oktober 2011

Lihat Arnetta



Berlari mengejar senja di ufuk barat. Menatap tajam lembayung senja yang terarsir oleh awan yang berwarna merah jingga. Aku tertegun menatap semua itu. Hamparan permadani hijau yang bergoyang tersapu angin sore. Hmm… kuhirup dalam – dalam dan kuhempaskan perlahan. Sejenak, terlupakan semua kisah kelam yang tengah menyelimuti diri. Aku di sini. Menunggu… sendiri…
ooOoo
Arnetta namanya. Terlahir sebagai gadis yang memiliki jiwa besar. Semua tantangan hidup dihadapinya dengan lapang tanpa banyak mengeluh. Sementara aku, aku yang jelas – jelas selama ini dapat hidup dengan cukup tak ubahnya sebagai hamba yang sedikit bersyukur.

Lihat Arnetta, betapa mahal airmatanya, betapa kuat bahunya mengangkat berjuta beban yang kapan pun siap menghakiminya. Ironis bila dunia memandangnya sebelah mata. Melihat itu semua, aku hanya bisa terpaku dalam kegamangan akan sebuah ukiran tak tenang. Aku yang begitu manja dan selalu ingin memerintah adalah lawan dari cerminan sang gadis yang bernama Arnetta Fidella Rozene.

Tak ingin membandingkan tapi itulah kenyatannya. Nyatanya, aku hanya bisa mengumpat kekecewaan akan kekurangan diri yang tak pernah bisa aku tutupi.

Lihat Arnetta, sungguh mulia hatinya, sungguh elok sifatnya dan setaralah pula rupanya.
Lihat Arnetta, siapapun akan iri padanya. Dunia berada ditangannya namun tak satu pun penyakit hati singgah di hatinya.

Sahabatku Arnetta …
Dengan sejuta keanggunan yang menyelimuti kekurangannya, tak pernah ia menumpahkan keluh kesahnya pada siapapun. Siapa yang menyangka gadis manis yang sederhana itu memiliki tubuh yang tak sempurna. 

Ketika kedua tangannya harus diamputasi setahun yang lalu, Arnetta memang sedikit kacau tapi kekacauan itu tak berlanjut karena keteguhan iman yang dimilikinya ia merasa kuat untuk menerima kenyataan itu. Titik awal dimana ia harus tetap menyadari bahwa hidupnya tak berhenti di sini. Sebuah keyakinan menguatkan dirinya akan pengembalian semua yang dia punya suatu saat nanti bila ia bisa menerima semua ini dengan lapang dada. Aku harus banyak belajar ilmu ikhlas padanya.
“Jangan menyerah ya …” katanya memberikan semangat kepadaku agar aku tetap berusaha dan tidak menyerah ketika aku mengalami kegagalan.

Tidak hanya dengan ucapan, Arnetta juga memberikan contoh yang nyata ketika dua bulan yang lalu Ia harus rela dan ikhlas ketika Allah SWT mengambil nyawa Ayahanda tercintanya. Tabahnya Ia menerima semua kegetiran ini secara beruntun membuat dirinya semakin yakin akan adanya hari akhir.

Hidupnya yang serba kekurangan pun seolah diabaikannya. Puncaknya, ia memutuskan untuk berhijab dengan balutan pakaian muslim yang membuatnya semakin anggun dan mempesona. Kecantikan hatinya pun semakin terpancar sehingga membuai aku dalam pesonanya. Subhanallah, aku semakin bangga memiliki sahabat sepertinya.

Aku tahu, mungkin banyak yang menganggap tidaklah ada yang sesempurna Arnetta di dunia ini, tapi anggapan itu tertepis dan luluh ketika Arnetta benar – benar hadir dan ada di dunia ini. Inilah kuasaNya. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini bila Dia sudah berkehendak.

“Percayalah, ketika kita mengembalikan semuanya kepada Allah SWT, semua akan berjalan dengan baik. Aku percaya bahwa Allah tidak akan memberikan apa yang kita inginkan karena Allah hanya akan memberikan apa yang kita butuhkan. Aku pun tak pernah mau mengeluh dan mengikhlaskan semuanya. Ketika Allah mengambil kedua tanganku, aku berusaha bersyukur. Ketika Allah mengambil Ayahku, aku berusaha mengikhlaskan, dan ketika Allah memintaku untuk berhijab layaknya wanita muslimah, aku mematuhinya. Aku hanya ingin ketenangan dalam hidupku.”

Ucapan Arnetta ada benarnya. Tak sepantasnya aku banyak mengeluh. Baru sakit demam biasa saja, aku sudah banyak mengeluh. Padahal, aku masih memiliki sepasang tangan yang sempurna dan kedua orang tua yang senantiasa berada di sampingku serta berkecukupan harta. 

“Han, jangan mengeluh lagi, ya … kamu cuma kecapekan aja. Sekarang istirahat, ya … aku pulang dulu. Insya Allah aku akan datang lagi besok.” Seru Arnetta ketika Ia menjengukku di rumah.

“Terima kasih ya, kamu sudah jenguk aku …”
Arnetta mengangguk.

“Netta … satu hal yang harus kamu tahu bahwa aku bangga menjadi     sahabatmu …” katanya menghiburku.

Arnetta tersenyum. “Assalamu’alaikum … “
“Wa’alaikumsalam …”
ooOoo
Ketika aku hendak ke dapur untuk mengisi kembali gelasku yang kosong, aku memergoki kedua orang tuaku tengah menangis. Isak tangis Mama dan Papa pecah di dalam kamar tidurnya. Aku mengintip di balik pintu yang tak tertutup rapat. Aku bertanya – tanya dalam hati. Aku sendiri mengurungkan niatku untuk bertanya kepada Mama dan Papa. Aku memutuskan untuk kembali ke kamar tidurku karena tiba – tiba saja kepalaku terasa sangat pusing. Ketika aku berusaha berjalan menuju kamar, aku tak sadarkan diri. Aku terjatuh bebas ke lantai. Gelas yang kupegang pun pecah seketika ketika berbenturan dengan lantai. Mama dan Papa bergegas berlari keluar kamar dan mendapatiku tak sadarkan diri. Selanjutnya aku tak tahu lagi apa yang terjadi. Yang aku tahu, ketika aku tersadar, aku sudah berada di suatu ruangan yang kukenal baunya. Aroma khas rumah sakit membangunkan aku. Kubuka kedua mataku perlahan. Sekilas kabut membuat aku memicingkan mataku. Samar aku melihat sosok yang begitu familiar. Aku memutar pandangan ke seisi ruangan. Rupanya bukan hanya Mama dan Papa yang ada di ruangan ini. Ada Bi Imah, Pak Sardi dan … Arnetta. Ya, ada Arnetta, tepat di samping kiriku.

Aku berusaha bangun namun dicegah oleh Mama.
“Kamu istirahat saja, ya sayang …” Ujar Mama.

“Hanny nggak papa, Ma … Hanny mau pulang …” kataku berusaha meyakinkan Mama kalau aku sudah tidak apa – apa. Rasa pusing di kepalaku pun sudah menghilang. Hanya saja tubuhku masih merasa lemas untuk bergerak banyak.

“Hanny, apa yang kamu rasakan sayang?” Tanya Papa dengan nada penuh kecemasan.

“Ehm … nggak ada … Hanny nggak papa, Pa …” jawabku lirih.

“Hai Han … kamu nggak apa-apa?” Tanya Arnetta dengan sunggingan senyum khasnya. Aku membalas senyumannya. Belum sempat aku menjawab pertanyaan Arnetta, dokter yang menangani aku datang dan memanggil Mama dan Papa. Katanya ada yang ingin dibicarakan dengan Mama dan Papa. Mama dan Papa mengikuti dokter yang keluar dari ruanganku. Disusul oleh Bi Imah dan Pak Sardi. Kini tinggal aku dan Arnetta di ruangan.

“Netta, aku kenapa? Kok aku ada di sini?” Tanyaku pada Arnetta.

Arnetta menghela napas. “Aku sendiri nggak tahu kejadiannya. Tadi aku ditelepon sama mamamu, katanya kamu baru aja pingsan di rumah. Kebetulan aku masih ada kegiatan di kampus, makanya aku baru datang tak berapa lama sebelum kamu sadar. Sewaktu di jalan, mamamu sms aku untuk datang langsung saja ke rumah sakit. Justru aku yang mau bertanya, kamu ini kenapa?”

“Aku sendiri nggak tahu, Ar … Yang aku ingat, aku melihat Mama dan Papa menangis di kamar. Sewaktu ingin kutanyakan ada apa,  tiba – tiba aja kepalaku merasa pusing dan setelah itu aku tak tahu apa – apa lagi.” Terangku pada Arnetta. 

Arnetta mendengarkan ceritaku dengan seksama. Tak lama, Arnetta menunduk dan tak berani menatap kedua bola mataku. Kulihat sekilas, ada genangan airmata yang tertahan di pelupuk matanya.

“Netta, kamu nggak papa?” tanyaku pelan.

Netta seolah tengah memikirkan sesuatu. Aku tak mau bertanya lagi. Mungkin Ia memang tak mau berbagi kisah kepadaku. Suasana hening sampai Mama dan Papa datang.

“Ma, Pa … apa kata dokter? Dokter bilang apa? Hanny nggak papa ‘kan, Ma … Pa …” Cerocosku layaknya kereta api. Aku butuh jawaban dari pertanyaanku, namun yang kudapatkan hanya pandangan kosong Mama dan Papa. Arnetta pun hanya menunduk layu. 

“Bi Imah sama Pak Sardi mana, Ma?” tanyaku lagi.

“Bi Imah sama Pak Sardi udah Mama suruh pulang biar ada yang jaga rumah.” Jawab Mama pelan.

“Lho kok gitu? Jangan bilang Hanny harus dirawat di sini … Hanny nggak mau … Hanny mau pulang …”

“Sayang, kamu istirahat saja dulu ya …” Tukas Papa seraya membelai rambutku yang terurai.
“Hanny, Om, Tante … Netta keluar sebentar …” Ujar Netta. 

Tak lama setelah Arnetta keluar ruangan, Mama juga keluar dari ruangan. Sementara Papa tetap menjagaku. Aku berpura – pura memejamkan mata agar Papa berpikir aku telah tertidur untuk menyenangkan hati Papa. Setelah Papa menganggap aku telah tertidur pulas, Papa meninggalkan aku sendiri di ruangan. Diam – diam aku mengikuti langkah Papa. Aku melihat dan mendengar semuanya dari balik pintu ruangan. Mama, Papa dan Arnetta tak menyadari bahwa aku tengah memasang telinga dan mata untuk mencari tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Arnetta yang terduduk layu di ruang tunggu tamu di depan ruangan dikejutkan oleh kedatangan Mama. Mama duduk di sebelah kiri Arnetta. Papa memilih untuk tetap berdiri di depan Mama dan Arnetta.

“Netta … terima kasih sudah datang.” Mama memulai pembicaraan. 

“Iya, Om sama Tante mau bilang terima kasih kamu sudah mau datang ke sini untuk menemani Hanny.” Papa ikut berujar.

Arnetta hanya tersenyum.

“Netta, Tante dan Om minta agar Netta tetap merahasikan semua ini sama Hanny. Om sama Tante tidak mau Netta tahu bahwa dia …” Mama menumpahkan tangisannya di pelukan Papa. Papa berusaha menenangkan Mama. Arnetta pun ikut menitikkan airmata.

Hei, ada apa ini? Apa yang kalian rahasiakan? Tanyaku dalam hati.

“Tadi dokter bilang, kalau kondisi Hanny sudah semakin buruk. Walaupun fisik Hanny masih bugar, tapi kenyataannya penyakit Hanny menggerogoti bagian dalam tubuh Hanny sehingga organ dalam tubuh Hanny sudah banyak yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dokter pun tak tahu penyebabnya. Tapi , dokter akan terus berusaha untuk mencari tahu penyakit apa yang sesungguhnya diderita oleh Hanny.” Jelas Papa kepada Arnetta.

“Yang membuat Tante semakin sedih, dokter bilang bahwa dokter tidak bisa memprediksi penyakit yang diderita oleh Hanny dan itu menyebabkan penanganan yang lambat dari dokter. Itu berarti kondisi Hanny akan semakin memburuk karena penanganan yang terlambat.” Tukas Mama.
“Tante sama Om yang sabar, ya … semua pasti ada hikmahnya …” Arnetta mulai bersuara. “Kalau diizinkan, Arnetta bersedia menginap di sini untuk menemani Hanny.”

Mama dan Papa mengangguk tanda setuju. Aku memutuskan untuk             cepat – cepat kembali ke ranjang dan berpura – pura tidur sebelum Mama, Papa dan Arnetta kembali ke ruangan. Dalam hati, aku menangis ketika ucapan Mama dan Papa terngiang di telinga. Apa hal ini yang membuat Mama dan Papa menangis?

Sebenarnya, aku ini kenapa?

Keangkuhan diriku yang selalu merasa sempurna dibandingkan dengan yang lain, ternyata runtuh seketika ketika aku menyadari bahwa aku lebih rapuh dari daun kering. Ternyata aku tak sekuat batu karang yang dihempas ombak. Ternyata aku hanyalah seonggok daging yang berpenyakitan dan tak berguna. Ternyata aku lebih payah dari Arnetta. Aku kalah darinya. 

Aku menangis sejadinya ketika hanya tinggal Arnetta yang tengah tertidur pulas di kursi tepat di sebelah kanan ranjangku. Mama dan Papa memutuskan untuk pulang dan datang lagi pagi nanti. Kulihat wajah Arnetta yang begitu teduh. Kujalari pandanganku juga ke arah kedua tangannya yang telah tiada. Mengapa Arnetta bisa begitu tegar dengan semua kenyataan pahit yang menimpa dirinya? Mengapa aku tak bisa seperti dirinya yang selalu tabah dan ikhlas dengan setiap takdir hidupku?

ooOoo
Sudah genap seminggu aku di rawat di rumah sakit ini. Tapi tampaknya tidak ada perubahan yang signifikan dari penyakitku. Aku masih sering merasa pusing dan puncaknya semalam aku muntah darah. Darah yang berwarna merah, kental sekali. Itu membuat Mama dan Papa semakin sedih melihat keadaanku. Arnetta yang masih setia menemaniku membuatku merasa sedikit terhibur dan tak merasa bosan. Sampai di suatu pagi, Mama dan Papa memutuskan untuk mengatakan langsung kepadaku. Mama dan Papa tak tega terus menerus merahasiakan semuanya kepadaku karena kondisiku yang semakin memburuk. Rambut panjangku sudah mulai rontok dan hampir botak. Tubuhku yang semakin kurus karena daging di tubuhku lama – kelamaan tergerogoti oleh penyakit. Hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Arnetta masih tak meninggalkan aku walaupun keadaanku seperti ini. 

Kini ku tahu bahwa usiaku mungkin tak akan lama lagi karena dokter yang merawatku sendiri yang mengatakan kepadaku bahwa penyakit yang kuderita tak dapat disembuhkan. Aku tak tahu pasti penyakit apa yang kuderita. Sungguh, kini aku tak lebih dari sosok yang menyedihkan dan memprihatinkan. Dengan semangatnya, Arnetta terus memberikan motivasi kepadaku. Arnetta tahu bahwa aku tak akan sembuh, namun Ia tak lelah memberikan semangat kepadaku. Ia berusaha meyakinkan aku bahwa aku akan sembuh karena semuanya adalah kehendakNya. 

“Han, Allah itu tahu yang terbaik untuk kita … Bedakan antara pasrah dan menyerah. Serahkan semuanya sama Allah. Dialah yang mengetahui segalanya. Ketika kita telah memasrahkan semuanya kepada Allah, niscaya kita akan mendapatkan keputusan yang terbaik.” Ujar Arnetta dengan tatapan yang begitu tulus kearahku. Aku bisa merasakan keresahan dirinya. 

“Netta, kalau malaikat mencabut  nyawaku lima menit lagi, apa yang sebaiknya aku katakan kepadanya?”

“Katakanlah dengan tenang … Ashadu ‘alaa ilahailallah wa ashhadu ‘anna muhammadurrasulullah … ucapkan dua kalimat syahadat dengan perlahan … menandakan bahwa kamu mengimani keberadaan Allah SWT … Insya Allah …” Arnetta menitikkan airmata ketika mengucapkan syahadat. Ia menundukkan kepalanya. 

Masya Allah … begitu berat ujian untukku, mengapa Engkau juga ingin mengambil sahabatku setelah sebelumnya Kau ambil kedua tanganku dan ayahku? Apa karena Engkau lebih mencintainya daripada aku? Bila ini memang yang terbaik baginya dan juga bagiku, kuikhlaskan kepergiannya, gumam Arnetta dalam hati. 

Mama dan Papa yang berada di ruangan ikut menangis. Aku merasa sudah ada sosok yang datang namun sama sekali tak bisa kugambarkan. Seluruh tubuhku menggigil dan bergetar melihat kedatangan sosok itu. Arnetta tahu bahwa aku telah berada di ujung sakratul maut. Mama dan Papa memeluk tubuhku yang terkulai di ranjang. Arnetta menuntunku mengucapkan dua kalimat syahadat. Membisikkan di telingaku.

Sadar bahwa aku mendekati pintu kematian, aku menegang. Ingin kuucapkan dua kalimat shayadat namun lidahku terasa kelu dan membeku. Kuucapkan dalam hati, tapi sudah terlanjur sesak dada ini. 

Ya, Allah … ampunilah dosaku … masih adakah waktu untuk bertobat kepadaMu? Ya Allah … dengan menyebut namaMu aku hidup dan dengan menyebut namaMu pula aku mati …

Detik – detik terakhir kepergianku…
Kusampaikan salam perpisahan untuk dunia dan kepada orang – orang yang menyayangiku …
Mama, Papa dan Arnetta memanggil perawat dan dokter. Kepanikan menggelayuti ruangan tempatku berada. Dokter dan beberapa perawat datang tergesa – gesa lalu memeriksa tubuhku. Sayang, aku sudah tak ada tubuhku. Aku sudah menyatu dengan udara dan tak mungkin bisa kembali atau pun diselamatkan.

Mama berteriak histeris ketika dokter menyatakan bahwa aku sudah tiada. Papa pun tak bisa membendung lagi airmatanya yang sejak tadi tertahankan. Arnetta pun demikian. Sahabatku, tetaplah tersenyum dan jangan menangis karena tangisanmu akan membuat semua makhluk di bumi ini ikut bersedih dan menangis. Kau yang mengatakan bahwa aku tak boleh menyerah dan aku akan berjanji untuk tak akan menyerah. Hidupku baru saja dimulai dan mungkin kita tak akan bertemu dalam waktu lama. Tinggallah aku dengan amalanku. Terima kasih untuk semuanya.


Kawan,
Lihatlah Arnetta …
Sementara itu, Arnetta kembali menata hidupnya. Diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun, Ia sudah banyak ditinggalkan oleh orang – orang yang disayanginya. Ayahnya lalu kemudian aku, sahabatnya. Di luar itu, Ia pun harus rela kehilangan kedua tangannya. Bagaimana lagi Ia harus menata hidupnya? 

Di sela do’anya seusai shalat, Ia menyebut namaku. Ia mendo’akan aku agar aku tenang disisiNya. Arnetta, begitu tulusnya Ia bersahabat denganku. Tak akan pernah kulupakan. Bila kelak kita bertemu nanti di syurga, ku akan meminta kepadaNya untuk senantiasa melimpahkan segala keberkahan untuknya.

Ya Allah,

Ketika aku harus merasa kehilangan untuk kesekian kalinya, aku akan berusaha untuk ikhlas …
Bila memang ini takdirku, aku akan menerimanya sebagaimana seorang hamba yang taat kepadaMu …

Sesungguhnya, Engkau lebih mencintai dan menyayanginya lebih dari rasa sayangku kepada orang yang telah Kau ambil lebih dulu …

Ya Rabb,

JanjiMu adalah benar, oleh karena itu aku mengikhlaskan kepergian orang – orang yang kusayangi karena aku percaya Kau akan menempatkannya di tempat yang terbaik di syurga.
Ampunilah segala dosanya dan tempatkanlah mereka di tempat yang layak, disisiMu ya Allah …

Ayah, kepergianmu memang membawa luka awalnya namun setelah aku tahu bahwa Allah lebih mencintaimu daripada aku, aku bisa menghapus airmataku dan merasa tenang. 

Hanny, kau sahabatku dan sampai kapanpun kau tetap sahabatku. Teriring do’a tulusku untukmu agar senantiasa kau tenang di sana. Tersenyumlah untukku.

Ya Allah, Kau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang …

Ampunilah segala dosa ayahku dan sahabatku …

Amin …

by  S.A.T (Shafiqah Aida Treest)

Tema Projek dan Contoh Implementasinya

  Tema Projek dan Contoh Implementasinya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sangat luas dan fleksibel. Masih banyak tema lainnya...