Senin, 12 Desember 2011

DO'A DAN HARAPAN UNTUKMU



 Oleh : Hawariyyah Taqqiyah


Hari itu hari yang sangat membingungkanku, antara cerah dan mendung, bahagia dan sedih,  suka dan duka , mendukung dan menentang.  Bagaikan dua kutub yang selalu tak akan bersatu. tapi sepertinya ibuku tenang dan penuh harap,entah dikutub mana dia berpihak.tapi senyum setengah bibirnya menjawab perasaannya..seperti bahagia karena akan selalu berkumpul dengan orang-orang yang dicintainya,tapi setengah bibirnya seolah-olah belum menemukan jawaban bagaimana di sana.apa yang kau simpan dihatimu bu?
Aku yang pada saat itu usia 3 tahun hanya ingin melihat ibuku selalu tersenyum lebar,cantik dan penuh  arti . Ayahku paling pandai membuat ibuku tersenyum lebar dan bahagia selalu.

Ternyata tempat yang menjadi tujuan kepindahan rumah kami terasa berat,perjalanan panjang dan berliku-liku. oh apa ini ? adiku menangis karena mabuk perjalanan sampai beberapa kali muntah..   kapan sampainya bu? Berulangkali ku tanyakan itu sampai ku tertidur.

Iringan keluarga untuk mengantarkan kepindahan kamipun sampai dan aku terbangun. Waaaw sepanjang perjalann gunung berliku-liku…dan  kurasakan ada udara pantai…..sepertinya ada pantai dekat rumah yang akan kami tinggal.
Aku belum bisa mengerti kenapa tante dan uwa-uwa menangis pada saat mereka akan pamit .ku dekatkan telingaku untuk memahami  apa yang menyebabkan mereka bersedih, dan owh ku lihat air mata deras keluar dari pipi ibuku.

Semua keluarga besar telah meninggalkan kami berempat,mereka meninggalkan kami yang masih basah dengan air mata. Yang kufahami aku akan jauh dari nenekku yang selalu menyayangiku dan kata-kata yang membuatku menangis meronta-ronta adalah kata-kata nenek “teh nenek gak bisa sering nengok karena jauh”,tangisku makin keras membuat ayah dan ibu sibuk menenangkannya. Ada kata-kata yang begitu kuingat dari ayah kepada ibu “bu, ini ladang amal kita, kita akan banyak mengumpulkan amal disini,kita disini lebih dibutuhkan, dan mudah-mudahan kita bisa diterima sehingga banyak melakukan perubahan untuk masyarakat disini, ibu siapkan?, kebahagian akhirat didepan mata kita,kebahagian dunia itu kita yang menciptakannya,kalau kita yakin akan bahagia,maka kebahagiaan itu akan datang, yakinlah Allah akan menolong kita,dan akan menaikkan derajat kita dihadapanNya karena niat kita yang tulus, yuk bismillah”,ku menatap bola mata ibu untuk membaca kesanggupannya,dan dia tersenyum dengan mengatakan “insya Allah, bantu ibu ya  agar kuat”.Air mata ibu masih berurai, walau seenyum sudah menghiasi bibirnya, dan ayahpun membalas dengan pelukan sayang sambil berkata “ Kita akan saling menguatkan agar kita selalu dirihoi Allah dan kita bisa menikmati syurga bersama anak-anak kita, aamin.”walau ku tak faham arti semua percakan mereka, tapi aku bahagia Karena ibu nampak tak sedih lagi.

Hari pertama yang begitu berat untukku, hari pertama sekolahku di tk bunda, teman-teman baru, baju seragam baru, dan guru-gurunya tak ada yang kukenal, sedih sekali. Alhamdulillah hari ini, ibu mengantar dan menungguku saampai pulang sekolah.ibu selalu membantuku untuk berani dan kuat.
Ku paksakan untuk tidak malu duduk di kelas baruku, Ibu menunggu diluar kelas dengan adiku. Semuanya tidak menyenangkan,teman-temn baru itu bahasanya banyak yang tidak dimengerti,padahl aku fahm bahasa daerahku, tapi sepertinya ada logat yang asing,aneh dan sedikit menggelikan.

Hari hari selanjutnya aku diantar sekolah oleh om-om ku,mereka tangan kanan ayahku di rumah baru ini, mereka sangat menyayangi dan perhatian.Agak sedikit menyenagkan di sekolah, aku terkesan dengan seorang buguru yang baik hati, sepertinya ibupun menyukainya, kulihat ibu sering bercakap-cakap dan kelihatan akrab sekali seperti sudah lama kenal, dan memang bu yuli itu sangat menyenangkan dan membuatku tenang kalau ada disisinya.

Ayah dan ibu mulai sibuk dengan tugas-tugasnya. Ayah walaupun sibuk, tapi tidak pernah melupakan rutinitasnya. Adzan subuh aku harus bangun dan setelah sholat berjamaahbersama ibu, ayah yang baru pulang dari mesjid menggendong adikku dan kita berkumpul dikamar untuk membaca dzikir pagi, aku yang waktu itu belum hafal hanya menggerak-gerakan mulutku. Setelah selesai aku digendong ayah untuk muroja’ah dan menambah hafalan, sangat menyenangkan, suara ayah merdu dan lantang sekali. Jadi kalau ayah ada tugas sampai tidak pulang dan ibu menggantikannya, aku suka protes karena suara ibu tidak semerdu suara ayah.  saat maghrib ibu membimbingku untuk membaca al-qur’an, walau selalu membosankan karena selalu diganggu adiku tapi ku jalani, karena ayah kalau pulang pasti bertanya: “mana anak ayah yang sudah baca iqra?” Dan aku akan senang kalau aku menjawab “ aku” , lalu ayah akan menciumku dengan candaannya yang khas dan kata-kata yang penuh doa, yang kuinagat kata-katanya “anak sholeh pintar, hafal Qur’an dan saingan bidadari”. Aku tak mengarti kata-kata itu tapi aku bahagia mendengarnya.

Ada lomba hafalan surat-surat pendek dan aku terpilih karena hafalanku paling banyak, tapi  itulah kendalaku aku masih malu dan tidak mau ikut lomba,akhirnya temanku ya g ikut lomba karena dia lebih berani. Ayah bilang jangan dipaksa kalau akunya tidak mau, hafalan itu bukan untuk lomba tapi untuk dihayati agar bisa faham dan diamalkan, sehingga mulia karena mengamalkannya.

Sepekan sekali , biasanya di hari sabtu ayah membawaku dan adiku kepantai. Hari yang sangat menyenangkan, aku dan adiku bebas main air dan pasir.,bahagia sekali. Ayah sengaja mengajaku jalan-jalan sewaktiu ibu mengisi pengajian pekanan dengan jarak yang cukup jauh, katanya biar ibu-ibunya belajar tidak terganggu. Aku bangga ibuku walau di tempat baru, tapi sudah dipercaya untuk mengajarkan al-qur’an untuk ibu-ibu sekitar. Kalau ibu pulang oleh-olehnya banyak, ada makanan, ada gula, dan sering juga keberatan membawa beras. Luar biasa masyarakat disini baik-baik semua, padahal waktu awal-awal aku sering ketakutan karena mereka selalu meliha aneh aku dan ibu, karena mungkin pakaian kita yang selalu memakai jilbab.

Ibu sangat bahagia kelihatannya, ternyata usahanya tidak sia-sia, ibu menawarkan beberapa sample jilbab ke toko-toko sekian lama, ternyata dah menghasilkan jawaban yang memuaskan, dari 8 toko pakaian yang dikunjungi  3 toko bersedia untuk membeli jilbab ibu dalam partai besar.SubhanaLlah, Allahuakbar.

Ada yang membuatku iri pada jilbab-jilbab itu. Ibu lebih sibuk mengurus jilbab-jilbab itu, makanya ku acak-acak untuk melampiaskan kekesalanku. Hampir saja ibu memarahiku,Alhamdulillah ayah datang.dan ayah berkata”eh anak ayah mau ngasih pahala sama ibu dan ayah ya…lalu ayah merapikan jilbab-jilbab yang berantakan itu, terdengar kekesalan ibu padaku.” Ya Allah nak, kamu ga kasian ya sama ibu dari pagi merapikan kamu acak-acak lagi”,ibukan jualan untuk kamu juga, untuk menabung,supaya kita bisa lebih sering nengok nenek”.Ayah memeluk ibu dan berkata dengan suara lebih pelan,”bu, dia masih kecil, tidak mengerti tujuan kesibukan kita, dia cemburu karena perhatian ibu terbagi, sabar ya bu ladang pahala,eh kok ibu cantik banget hari ini”ayah berusaha mengalihkan perhatian ibu, dan sepertinya ayah sangat tahu kelemahan ibu. ibu tersenyum lagi dan wajahnya kelihatannya lebih cantik dengan senyumannya. Haahh, lega  ibu tidak jadi marah.

Ya Allah betapa sempurnanya ayahku, baik,pengertian, ganteng, suaranya merdu dan sangat khusyu kalau beribadah. Kebanggaanku kepada ayahku semakin bertambah, semenjak ayah mengisi pengajian di mesjid-mesjid dan acara-acara besar semakin banyak yang kagum kepada ayah, aku tidak pernah ketinggalan mengikuti kegiatan ayahku, karena kalau lokasinya dekat, ayah selalu mengajak ibu,aku dan adiku untuk ikut hadir, katanya jangan sampai istri dan anak-anaknya tidak mendengarkan wejangan ayah, masa orang lain diceramahi, sedangkan anak dan istrinya tidak pernah mendengar tausiahnya.Kalau orang-orang pada tahu aku anak ayah aku di muliakan sampai-sampai aku suka malu.

Ada yang aneh hari ini, perut ibu makin membesar, ternyata aku mau punya adik lagi, hatiku senang kuberharap adiku perempuan agar bisa aku ajak main boneka beruang kesayangnku.

 Hari ini aku izin untuk beberapa hari tidak sekolah karena ibu mau melahirkan di rumah nenek.senaang sekali mau bertemu nenek.
Saat aku bangun terdengar tangisan nenek dan kata-kata panik uwa-uwa ku. Ada apa ini ? ternyata kabar sulitnya melahirkan ibu membuat semua sedih.
Dengan tidak sengaja kumendengar tangisan nenek di kamar depan, kuhampiri dikala semua orang di rumah sibuk. Ya Allah kulihat ibu sedang terkulai lemas, dengan botol yang disambung selang ketubuhnya, kulihat ayah memegang tangan sambil terus berdoa dan sesekali berkata “ibu kuat, ibu akan membesarkan anak-anak dengan kasihsayang, anak-anak sangat membutuhkan ibu, ibu pasti  bisa, bertahanlah! bu bidan akan membawa ke rumah sakit untuk mengeluarkan ari-arinya.”ternyata adiku sudah keluar, tapi masih ada yang tersisa dan itu katanya membahayakan nyawa ibu. Aku menangis kencang dan memanggil ibu, nenek kaget dan langsung menggendongku, ya Allah kamu disitu?, lalu nenek membawaku jauh dari ibu yang sedang terkulai lemas.
Alhamdulillah akhirnya ibu bisa diselamatkan, ku lihat ayah sujud syukur sambil menangis tersedu-sedu, aku baru pertama kali melihatnya menangis sekeras itu, sambil terus berkata” Ya Allah syukurku padaMu, Kau selamatkan istriku, aku sangat mencintainya, dan aku tak sanggup kalau ditinggalkannya, lebih baik aku duluan menghadapMu, panjangkan usianya ya Allah masukkan dia ke syurgaMu ya Allah, kumpulkan kami dengan orang-orang yang kami cintai di syurgaMu.aamin”.

Ibu semakin sehat, ramai sekali dirumah nenek, ternyata adiku yang ganteng aqiqah, banyak tamu yang datang, senang sekali aku, dan banyak teman-teman lamaku waktu di tk datang, senang sekali. Aku selalu menjadi perhatian teman-teman ibu dan ayah, katanya aku makin lucu,tapi agak hitam dan kurus. Aku senang sekali bisa membuat tamu-tamu tertawa karena celotehanku. Aku tidak mengerti kenapa mereka bahagia karena celotehan-celotehanku. Aku ikut bahagia apalagi ayah, tatapannya padaku penuh bangga dan bahagia. Ayah terimakasih kau bekali aku dengan kalimat-kalimat yang membuatku faham arti sebuah kebahagiaan yang sebenarnya.

Tangisanku sulit untuk di redakan, ketika nenek yang mengantarkan kami pulang akan kembali ke rumahnya, aku menjerit karena tidak mau ditinggal nenek. Ayah menggendongku dan mendekapnya, akhirnya aku tertunduk dipundaknya, lalu ayah mengelus rambutku dan berkata “tetehkan rumahnya di sini sama ayah, ibu, dan adik-adik, nanti kita ajak adik bayi ke pantai, di sana kita bikin rumah-rumahan, dan rumah-rumahannya tambah satu untuk adik bayi ya, teteh yang bikinnya, tetehkan pinter banget kalau bikin rumah-rumahan”. Banyak lagi cerita yang mengalir dengan ringan dari bibir ayah sampai aku tertidur dan mimpi indah sekali seperti indahnya cerita-cerita ayahku.

Sore itu aku ke TPQ bersama ibu dan kedua adiku. Kami berangkat ditemani tetangga yang sangat baik. Adik bayi digendong wak haji tetanggaku, sepertinya wak haji bagai neneku saja, aku berani minta apa yang aku mau kepadanya tanpa malu, terasa ketulusan kasih sayangnya kepada kami, padahal kami bukan saudaranya. Sebelumnya ayah pamit untuk ke kota menghadiri rapat mendadak, biasanya ayah berangkat sabtu ba’da dzuhur. Aku tidak tahu kenapa ayahku pergi jumat sore tidak seperti biasanya. Tetangga yang melihat banyak yang melarang kepergiannya, katanya kabutnya lagi tebal, tapi ayah tetap memutuskan berangkat, katanya mengejar agenda rapat ba’da isya, itu yang ku  dengar.

Magrib seperti biasa kalau ayah tidak di rumah, wak haji menemani kami di rumah, kebetulan kami baru menempati hibah rumah dari saudagar kaya dengan tanah yang luas, kata ayah nanti akan di dirikan ponpes dan masjid jami’.

Assalamu’alaikum, suara itu menghentikan lantunan ayat-ayat al-qur’an yang ibu baca, aku yang sedang menggambar ikut membuka pintu, ternyata ada pak haji yang memberitahukan ayah kecelakaan. Ibu terus beristighfar sepanjang malam dan sesekali ku melihat air matanya begitu deras sampai ku tertidur ku masih melihat ibu dan wak haji menangis.

Pagi sekali setelah sholat subuh ibu merapikan aku dan adik-adiku untuk pergi ke kota, banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan pada ibuku, tapi tak tega melihat ibuku yang sibuk dengan perbekalan perjalanan jauh dan terus menangis.

Sepertinya ibu berbincang-bincang dengan nenek di hp pak haji, ibu terus menangis. Aku tidak mengerti yang terjadi, sesampainya di rumah sakit ibu dan nenek berpelukan sambil menangis. Kulihat ayah tertidur di tempat tidurnya rumahsakit dengan leher terbalut benda aneh.Ya Allah, ternyata ayah kecelakaan motor yang dikendarainya tertabrak truk tanah galian. Hatiku seperti teriris pisau sakit, kasihan ayah tidak berdaya di tempat tidur.

Saat kudipeluk nenek, kudengar ayah memanggil, “teteh, teteh,” aku senang sekali ayah sadar dan ingat padaku, lalu dia tersenyum dengan senyuman khaasnyaa yang selalu menenangkan hatiku,”ayah sayang teteh, teteh sayang ayah ga?”, lalu kuanggukan kepala dan kupeluk pelan,”teteh sayaaang ayah”,tangan ayah yang penuh perban memeluku dan berkata” kalau teteh sayang ayah jadilah anak yang sholihah,jaga sholatnya,jaga kata-katanya jangan saling menyakiti, jaga ibu ya, doakan selalu ayah ya” “. Jaga  adik-adiknya” . aku hanya bisa mengangguk dan ada tangan lain yang meraihku, ternyata nenek menggendongku dan membawaku keluar ruangan,” teteh istirahat di rumah sama adik-adik, biar nenek dan kakek yang jagain ayah besok teteh bisa nengok lagi ya,  nanti malam ibu juga nyusul tidur di rumah, kan di rumah sakit tidak boleh bawa bayi”.

 Lama aku menunggu ibu datang dari rumah sakit, adik bayi sudah mulai rewel minta asi. Jam 8 ibu baru tiba di rumah dengan muka yang kusut, kelihatan kecemasan dan sedih yang mendalam. Kata ibu malam ini harus berdoa, besok ayah dioperasi patah tulang, aku tidak mengerti bagaimana itu operasi, tapi hatiku sangat sedih melhat ibu begitu sedih karena khawatir pada ayah.

Terasa lama aku menunggu pagi tiba, akhirnya aku, ibu dan adik bayi pergi ke rumah sakit untuk menengok ayah, setibanya disana pagi sekali, nenek menyambut ku dan memelukku sambil membujuku,”teteh nanti kalau sudah ketemu ayah ikut jalan-jalan sama tante ya, adik bayi juga mau di bawa tante, di sini tidak boleh ada bayi dan anak-anak,”ntar sama tante di beliin es crim ya, aku hanya bisa mengangguk, biasanya aku paling senang kalau di beliin es crim, tapi entah kenapa kali ini aku ingin dekat ayah, tapi sepertinya aku harus mengikuti aturan tanpa rewel karena aku sangat kasihan melihat ibuku sedih.

Sepulangnya jalan-jalan aku kembali ke rumah sakit dengan tanteku, banyak sekali orang di rumahsakit, dan mereka adalah teman-teman ayah dan ibu, ada apa ini ? aku hanya bisa bertanya di hati dan sesekali menangis, mana ibu ?, mana ayah?, kok tidak ada di kamar tadi…dan masih banyak pertanyaanku yang tidak ada jawabannya.semakin sore belum Nampak ibu, ayah dan nenek, sampai ada kata-kata .”anak-anak bawa pulang, nunggu di rumah aja”. Aku menangis dan menolak meraung-raung, kupukul semua orang yang menghalangiku dan aku berteriak memanggil ibuu dan ayah. Aku tidak ingat lagi siapa yang membawaku pulang sampai aku tertidur di mobil dan aku masih tertidur sampai ku tersadar mendengar banyak tangisan dan jeritan takbir dari orang-orang.
Ada kata-kata yan menakutkanku aku mendengarnya,”innalillahi wainnailaihi rooji’un, telah berpulang kepadaNya…lalu di sebutkan nama ayahku, dan sepontan orang-orang disekelilingku menangis resedu-sedu, aku dalam ketidak fahaman menjerit dan menangis memanggil-manggil ayah.

Aku melihat ibu lemas tidak sadarkan diri setelah dibopong uwa ke kamar, banyak sekali yang menangis, terus menangis sampai aku tidak ingat lagi karena tertidur didekap nenekku.

Bangun tidur, aku melihat disekelilingku masih menangis, adik-adiku digendong tetangga, kemana ibuku?, aku melihat ibuku menangis, dan terus menangis, apalagi kalau ada orang yang baru dengan menanyakan kata-kata yang hampir sama,  dan itu membuat ibu semakin menangis sedih. Aku mulai marah kepada orang-orang yang berta’ziyah, mereka membuat ibuku makin sedih, kuhampiri ibu, kumerajuk untuk masuk kamar dan meninggalkan para tamu yang ta’jiyah, setelah masuk kamar, dan hanya aku dan ibu didalamnya, lalu kukunci pintu kamar, tak kupedulikan orang-orang memanggil dan membujuku, aku hanya mau satu…aku tidak mau kehilangan ibu setelah aku sadar kalau aku kehilangan ayah yang selalu memeluku, mendekapku dengan tidak pernah berhenti menghiburku dengan suara merdunya…aku tidak peduli semua orang, aku hanya ingin di dekap ibu dan tidak mau diganggu.

Ibu mendekapku, mengelus rambutku, seperti yang biasa ayah lakukan saat menenangkanku, walau tidak ada  suara merdu hanya tangis pilu yang kudengar, aku merasa tenang sampai terbawa dalam mimpiku aku bercengkrama dengan ayah dipelukannya.

Sepertinya aku lama tertidur karena kelelahan,hari mejelang sore, orang tidak begitu ramai, pemakaman sudah selesai, ku melihat masih ada saudara-saudara dekat, teman-teman ibu dan tetangga yang mendokan kita semua agar diberikan kesabaran,kekuatan dan harapan.

Aku semakin besar dan memahami arti hidup yang sebenarnya, bahwa hidup ada akhirnya, dan ibu selalu memberikan harapan kepadaku bahwa aku akan bertemu ayah lagi di syurga.

Ayah..kau selalu hadir dalam doa-doaku, aku selalu berdoa untukmu ayah, dan aku selalu berharap kita bisa berkumpul lagi di syurgaNya. Saat aku muroja’ah lantunan ayat-ayat al-qur’an itu mengingatkan kepada harapan-harapan ayahku, agar aku menjadi orang yang berbakti untuk agama, keluarga dan bangsaku. “Jadilah nak orang yang sukses didunia dan bahagia di akhirat dengan dikumpulkannya lagi di syurga bersama orang-orang yang kita cintai, itu janji Allah dalam quran surat at-Thur ayat 21.aamin ya Allah”. Itulah harapan dan doa dari orang-orang yang aku cintai. Ayah…harapanmu kan ku jaga selalu dan do’aku untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tema Projek dan Contoh Implementasinya

  Tema Projek dan Contoh Implementasinya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sangat luas dan fleksibel. Masih banyak tema lainnya...